Hindari Anarkisme dengan SMART with ISLAM

Jumat, 28 September 2012


Kembali, anarkisme pelajar menelan korban. Tanggal 25 September 2012 kemarin, terjadi tawuran antara pelajar 2 SMA Negeri elit di Jakarta yaitu antara SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta Selatan. Akibat tawuran itu seorang siswa SMAN 6 Jakarta Selatan bernama Alawy Yustianto Putra menjadi korban setelah tewas dicelurit oleh siswa SMAN 70.

Terdengar sangat miris, sekolah yang dianggap elit bisa terjadi tawuran bahkan hingga menimbulkan korban jiwa. Banyak masyarakat yang berasumsi bahwa tawuran ini diakibatkan oleh pengaruh narkotika dan obat-obatan berbahaya yang dikonsumsi oleh pelaku tawuran (siswa). Selain itu, dengan banyaknya tayangan-tayangan televisi yang seakan mewajarkan aktivitas kekerasan, saling benci, saling pukul, atau bahkan aksi pembunuhan membuat para pelajar dengan mudahnya meniru aktivitas tersebut. Pengawasan dari orang tua mereka yang minim, pendidikan agama yang sangat kurang dan pemerintah yang membebaskan pelajar untuk bersikap dan berekspresi ini pun merupakan factor-faktor yang semakin membuat pelajar tidak segan untuk melakukan aksi kekerasan.

Disinilah seharusnya seluruh lapisan masyarakat berperan. Dari mulai orangtua yang seharusnya memperhatikan dan membimbing anaknya agar tetap berpegang teguh pada aturan Islam, yang dengan ini tentu akan menjauhkan anak-anaknya dari aksi anarkis. Juga dengan meningkatkan aktivitas-aktivitas kajian dan pendidikan agama di sekolah. Salah satunya dengan adanya ROHIS di sekolah, ini akan sangat membantu pelajar untuk bisa menyalurkan kreatifitas mereka kepada hal yang baik dan sesuai dengan aturan Islam. Namun saat ini, keberadaan ROHIS di sekolah malah dianggap sebagai ajang pencetak teroris. Padahal dengan mengkaji Islam, pelajar akan menjauhi aktivitas anarkis karena Islam jelas melarang hal itu. Selain itu juga dengan adanya aktivitas pengkajian Islam secara intensif (bukan hanya dalam aktivitas belajar mengajar formal) akan menjauhkan pelajar dari sikap-sikap negative lain seperti halnya penggunaan Narkoba dan pergaulan bebas yang saat ini banyak sekali dilakukan oleh pelajar sekolah. Dan jika dilihat, semua aktivitas negative yang dilakukan oleh pelajar sekolah ini adalah akibat dari minimnya pendidikan agama di sekolah dan seakan mengabaikan aturan agama (Islam) dalam kehidupan. Maka sangat disayangkan jika keberadaan ROHIS dianggap akan menciptakan generasi-generasi teroris. Jika saat ini banyak orang yang meragukan peraturan yang ada di negara ini, tentu itu adalah wajar karena saat ini aturan yang digunakan memang sudah berada di ujung tanduk. Bagi umat Islam wajib hukumnya untuk meyakini bahwa hanya aturan Allah yang Sempurna dan akan menyejahterakan manusia bukan aturan apapun yang dibuat oleh manusia. Jadi untuk apa menakuti Islam dan mencurigai gerakan yang memperjuangkan aturan Islam? Islam itu tidak anarkis. (yLK)