Miss World, Ajang Promosi dan Eksploitasi

Minggu, 30 Juni 2013

Pada bulan September mendatang, Indonesia direncanakan akan menjadi tuan rumah kontes kecantikan Miss World 2013. Kontes kecantikan ini rencananya akan diselenggarakan di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor Jawa Barat, juga di pulau wisata Bali. Banyak pro dan kontra yang timbul pada masyarakat. Sebagian pihak yang pro menilai bahwa dengan diadakannya ajang kontes kecantikan ini di Indonesia akan meningkatkan potensi pariwisata dalam negeri. Sebagian lain banyak juga yang menolak, terutama ormas-ormas Islam.

Untuk meredam berbagai protes, pada ajang kecantikan Miss World tahun ini, penyelenggara menghapus peragaan bikini terkenal dari kontes tahunan ini dan menggantinya dengan sarung pantai tradisional. Namun walau begitu, kontes kecantikan yang mengusung 3B (Beauty, Brain and Behavior) ini nyatanya adalah sebuah ajang ‘pengeksploitasian’ perempuan. Para kontestan Miss World ini tentu akan berlomba-lomba untuk menjadi perempuan tercantik. Perempuan seolah dijadikan sebagai alat komoditi ekonomi. Mereka akan dijadikan sebagai alat promosi produk perusahaan-perusahaan besar. Tentu saja dengan diadakannya kontes kecantikan ini, banyak perusahaan besar yang akan meraup keuntungan. Seperti para sponsor acara dan juga lembaga pertelevisian yang menayangkan acara tersebut. Perempuan yang seharusnya menjadi kaum yang terjaga dan terhormat, malah rela menggadaikan harga dirinya.

Tentang #TolakKenaikanBBM

Jumat, 21 Juni 2013
Kenaikkan harga BBM, banyak banget yang nolak, tapi juga ga sedikit orang yang mendukung atau bahkan pasrah dengan keadaan.

Beberapa bulan yang lalu, waktu isu rencana kenaikan harga BBM menguat, aku browsing gitu di Internet buat nyari berita tentang rencana kenaikan harga BBM. Ga disengaja, aku nemuin satu blog pribadi, blog seorang Mahasiswi tepatnya. Isinya ternyata mengenai pandangannya tentang berbagai aksi protes masyarakat Indonesia 'hanya karena harga BBM akan dinaikkan'. Isi dari tulisan kakak itu kurang lebih intinya adalah mempertanyakan respon rakyat Indonesia terhadap 'kebijakan' pemerintah untuk menaikkan harga BBM. "Di negara-negara Eropa aja harga BBM mencapai harga 20-30.000 perliter, tapi masyarakatnya ga ada yang protes. Lagi pula kenaikan harga BBM adalah kebijakan pemerintah yang emang udah terlalu lama memberikan subsidi BBM pada rakyat. Harusnya rakyat Indonesia bisa jauh lebih dewasa dalam menyikapi kebijakan pemerintah ini. Ngapain harus pake teriak-teriak di jalanan buat menyuarakan penolakan? Bakar-bakar ban, dorong-dorong pager? Toh pemerintah ga bakal denger ko ..................................." 

Pas baca tulisan itu, aku ngerasa miris. MasyaAllah gitu, ko ada orang se-cuek ini. Dan ini seorang Mahasiswa, kaum terdidik di kalangan masyarakat. Aku sendiri sebagai seorang muslim, menolak keras kenaikan harga BBM. Kenapa?

Demokrasi = Kesejahteraan yang Ilusi

Demokrasi diakui sebagai sistem pemerintahan terbaik dan paling sesuai dengan keadaan saat ini. Sistem yang mengutamakan kebebasan dan prularisme. Mungkin memang benar demokrasi ini adalah sistem terbaik, the best among the worst (terbaik di antara yang terburuk). Demokrasi dengan jargonnya yaitu dari rakyat-oleh rakyat-untuk rakyat, menjadikan manusia (rakyat) sebagai pembuat aturan melalui wakil-wakil rakyat. Walaupun pada kenyataannya, para penguasa-lah yang berkuasa, bukan rakyat.

Terbukti dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang tidak pernah memihak pada kesejahteraan rakyat. Bukti terdekatnya adalah rencana pemerintah yang tidak lama lagi akan menaikkan harga BBM. Dengan alasan ini dan itu, pemerintah tetap bersikukuh untuk menaikkan harga BBM walaupun penolakan demi penolakan dari rakyat terus bergulir. Beginilah demokrasi, tidak berpihak pada rakyat tapi berpihak pada penguasa.

Hal ini dikarenakan adanya liberalisasi migas yang berlaku di negeri ini. Berbagai sumber daya alam melimpah yang dimiliki Indonesia saat ini nyatanya tengah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan swasta dan asing. Inilah salah satu dampak dari kebebasan kepemilikan yang dianut oleh demokrasi. Begitu pula dengan banyaknya kasus yang menimpa remaja generasi bangsa seperti tawuran,  freesex, narkoba, HIV/AIDS, dan aborsi itu semua pun adalah dampak dari kebebasan yang dianut demokrasi, yaitu kebebasan bertingkah laku. Jadi secara tidak langsung, demokrasi adalah sebab mengapa saat ini semakin banyak rakyat miskin dan sebab mengapa remaja sebagai generasi  penerus estafet bangsa mengalami keterpurukan yang amat sangat.