14
februari, tanggal yang rupanya saat ini sedang menghipnotis kaula muda alias
remaja. Demam merah muda dimana-mana. Boneka, coklat, bunga mawar dan berbagai
asesoris berunsurkan merah muda laku dipasaran. Valentine’s Day, begitulah
remaja menyebutnya. Hari yang identik dengan rasa cinta pada pasangan. Budaya
Valentine’s Day saat ini memang sudah sangat luar biasa, banyak tempat
perbelanjaan khusus pada tanggal ini merubah tampilan mereka menjadi serba
merah muda. Begitupun dengan berbagai tayangan televisi, yang diantaranya
banyak juga yang menambah nama program mereka dengan embel-embel “Spesial
Valentine”.
Mirisnya,
karena berbagai propaganda Valentine’s Day yang selalu ditayangkan media,
remaja Muslim pun pada akhirnya terhipnotis untuk merayakan hari ini. Padahal
peringatan ini sama sekali bukan dari Islam, semestinya remaja Muslim memahami bahwa Valentine’s Day
tidak layak untuk diperingati sama sekali. Terlebih lagi, banyak fakta yang
memberitakan pada hari Valentine’s Day ini banyak remaja yang melakukan
aktivitas-aktivitas yang bertentangan dengan aturan Islam. Seperti halnya
berpacaran, ciuman, bahkan banyak yang sampai melakukan seks bebas. Ini
dibuktikan dengan melonjaknya omset penjualan kondom di mana-mana. Tempat
penginapan, hotel, perjalanan wisata sudah jauh-jauh hari di-booking oleh
pasangan muda-muda dan orang dewasa yang mau melewatkan malam Hari Valentine’s
Day bersama ‘pacar’ atau pasangannya (http://gayahidup.inilah.com / (13/2)).
Hal ini
membuktikan bahwa momentum Hari Valentine betul-betul secara nyata telah
dijadikan sebagai ‘wahana’ seks bebas. Makadari itu, kurang tepat rasanya jika
Valentine’s Day disebut sebagai hari kasihsayang karena hari ini identik dengan
perasaan cinta yang berbalut nafsu. Acara Valentine’s Day mengantarkan
seseorang kepada berbagai bentuk maksiat dan yang paling besarnya adalah bentuk
perzinaan. Bukankah momen seperti ini (Valentine’s Day) digunakan
untuk meluapkan perasaan cinta kepada sang kekasih, baik dengan cara
memberikan hadiah, menghabiskan waktu hanya berdua saja? Bahkan sampai kepada
jenjang perzinaan. Padahal Allah swt telah melarang zina dan
pengantarnya (seperti, pacaran, berduaan, berpegangan, berpandangan, dan
lainnya),
وَلَا
تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang
buruk”. (QS. Al-Isra’ : 32)
Namun
saat ini, walaupun banyaknya larangan untuk merayakan Valentine’s Day dilontarkan,
tetap saja banyak remaja Muslim yang memperingati hari yang bisa mengancam
aqidah seorang Muslim dan juga menghantarkan pada hancurnya generasi Muslim
ini. Pemerintah yang abai dengan permasalahan remaja dan senantiasa
‘membebaskan’ remaja seakan memfasilitasi remaja untuk semakin bebas dalam
bertingkah laku. Hukum yang lemah pun nampaknya tidak menimbulkan rasa takut
dalam diri remaja untuk melakukan
berbagai maksiat dan kriminalitas. Berbagai kekacauan ini nyatanya memang hasil
dari penerapan liberalisme dan berbagai aturan buatan manusia. Maka satu-satunya solusi
untuk menhentikan kemaksiyatan yg dilakukan remaja adalah dengan penerapan
Islam secara kaffah. Penerapan Islam akan memberikan hukuman yg tegas bagi para
pelaku zina sehingga membuat mereka jera dan tercegah melakukan kemaksiyatan.
Pun penerapan Islam akan mengkondisikan lingkungan agar sesuai dengan syariat
Islam, remaja tidak dibiarkan bebas melakukan kemaksiyatan. Tentunya semua itu
membutuhkan kesadaran tentang pentingnya penerapan Islam. Oleh karena itu marilah sahabat-sahabat kita jauhi ide-ide
kebebasan, segera pahami Islam dan amalka serta perjuangkan Islam agar bisa
diterapkan dalam kehidupan kita. (Lisda Kania Yuliani – Sisi SMKN 11 Bandung)