Sinopsis Buku
Pada pertengahan bulan Mei 1453, hamper semua teknik peperangan telah dicoba oleh Sultan Mehmed, berikut beberapa strategi yang telah dilakukan. Bombardier artileri, serangan umum dengan tangga, panah tombak dan pedang, bahkan mengangkat 72 kapal dan memblokade bantuan, sekarang cara penyerangan akan ditambah lagi melalui penggalian terowongan bawah tanah. Belum hilang kekagetan pasukan bertahan menghadapi serangan bawah tanah, pada 18 Mei 1453 pagi hari, pasukan bertahan menghadapi hari baru dengan penuh kengerian dan pandangan tidak percaya. Di hadapan mereka, di tengah-tengah tenda-tenda Utsmani yang menghampar luas, entah darimana muncul satu menara menjulang tinggi sedang mendekati mereka. Menara itu terbuat dari kayu, lebih tinggi dari menara Konstantinopel. Sultan Mehmed kembali menunjukkan pekerjaan yang menjadi ciri khasnya; penuh kerahasiaan dengan kecepatan dan skala besar. Pada 22 mei 1453, saat itu pengepungan Konstantinopel telah berlangsung selama 47 hari dan kedua pihak mengalami kelelahan yang luar biasa. Hal yang menjadi salah satu kelemahan dari pihak Kristen adalah percayanya mereka pada takhayul dan mitos-mitos sehingga lengkaplah penyakit pemikiran masyarakat Kristen Byzantium. Panen gagal, asap tebal, hujan yang turun berhari-hari, kilat di langit, mimpi anak kecil bahwa Malaikat telah meninggalkan kota, patung perawan Maria yang menangis mengeluarkan darah, penampakan roh perawan Maria di tembok kota dan sebagainya termasuk anggapan yang muncul bahwa Konstantinopel akan bangun dan jatuh oleh yang bernama sama dan menmpunyai nama ibu yang sama. Sialnya, Kaisar Constantine The Great dan Constantine Palaiologos XI sama-sama memiliki ibu bernama Helen. Mitos-mitos ini menambah ketakutan pihak Konstantinopel dan meyakini bahwa sebentar lagi kota mereka akan ditaklukkan. Selasa, 29 mei 1453. Kala itu langit masih gelap dan pengepungan yang dilakukan pasukan Utsmani sudah memasuki hari ke 54. Saat itu masih pukul 01.00 dini hari, namun tirai panggung penaklukkan mulai terbuka. Satu demi satu actor mulai berdatangan, siap memainkan skenario Tuhan pencipta semesta alam dalam kisah penaklukkan yang selalu akan diingat sepanjang masa. Panik yang nyata melanda kota, semua penduduk sipil menyelamatkan dirinya masuk ke dalam gereja.
Pasukan bertahan dikepung dan dipaksa menyerah tanpa syarat sementara yang lain memilih mati di pedang atau tombak kaum Muslim. Selapis demi selapis garis pertahanan Konstantinopel lumpuh. Saat Kaisar Constantine mendengar hal ini, dia mengetahui bahwa Byzantium telah berakhir dan kota Konstantinopel yang agung telah jatuh. Inilah akhir dari dinasti keluarga Palaiogis selama 194 tahun, sekaligus akhir bagi Byzantium. 29 mei 1453 atau bertepatan dengan tanggal 20 jumadil ula 857 H, adalah saat yang dinanti-nanti. Sultan Mehmed II memasuki kota dari gerbang Charisian. Sultan memasuki gerbang kota, mengagumi isi di dalamnya dan mengalir dari lisannya puji dan syukur kepada Tuhannya, sang pemberi kemenangan. Teriakan takbir berkumandang, merekam momen yang bersejarah dan fenomenal ini, lukisan-lukisan kini terpajang di seluruh dunia, mengingat hari dimana dia mendapatkan gelar sebagai Ahlu Bisyarah, gelar mulia yang diperebutkan orang-orang yang mulia. Dialah Muhammad Al-Fatih. Usianya baru 21 tahun lewat 2 bulan ketika itu, namun bisyarah Rasulullah keluar dari lisannya yang mulia berhasil direalisasikan.
Buku Muhammad Al-Fatih 1453 adalah buku yang menceritakan tentang
perjuangan seorang pemuda cerdas dan jenius berusia 21 tahun yang berhasil
mewujudkan impiannya dan impian kaum Muslim dalam penaklukkan sebuah kota
Imperium Romawi yaitu Konstantinopel dengan berbagai strategi perang yang
sangat luar biasa bahkan tidak pernah diperkirakan sebelumnya, “see beyond the
eyes can see”. Konstantinopel didirikan ribuan tahun yang lalu oleh pahlawan
legendaris Yunani; Byzas, kota ini dinamai sesuai dengan namanya yaitu
Byzantium. Pada 324, Kaisar Konstantin memindahkan ibukota Romawi Timur ke kota
ini dan sejak itu namanya diubah jadi Konstantinopel dan negaranya disebut
Byzantium. Kota ini merupakan pusat dari dunia saat itu, menjadi tempat yang
sangat strategis untuk jalur perdagangan dunia. Emas dan perak sangat berlimpah
di kota ini, sehingga banyak Negara berebut ingin menaklukkan kota ini.
Termasuk Khilafah Islam yang mencoba berbagai cara dan strategi perang yang
hebat untuk bisa menaklukkan kota ini sekaligus untuk membuktikan janji Allah
dan Rasul-Nya melalui bisyarah Rasulullah saw.
Mehmed II, adalah salah seorang anak yang ditakdirkan untuk
menjadi panglima terbaik yang akan menaklukkan Konstantinopel. Mehmed II adalah
seorang anak dari Sultan Murad II, khalifah dari Khilafah Utsmani. Menjelang
kelahiran Mehmed II pada 29 Maret 1432, Sultan Murad II menenangkan hatinya
dengan mambaca Al-Qur’an dan lahirlah Mehmed saat sampai pada surat Al-Fath, surat yang
berisi janji-janji Allah akan kemenangan kaum Muslim. Maka dari itulah Sultan
Murad II memberinya nama Muhammad Al-Fatih atau Mehmed II. Mehmed II adalah
adalah anak ketiga dari 3 bersaudara, namun kedua kakaknya dibunuh oleh musuh
Utsmani. Dari kecil, Sultan murad II sudah mendidik Mehmed dengan pendidikan
terbaik oleh ulama-ulama terbaik pula. Mehmed mempelajari berbagai disiplin
ilmu, baik ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an, Fiqih, tsaqafah Islam, maupun
ilmu-ilmu lain seperti bahasa, astronomi, matematika, sastra, kimia, fisika,
dan juga teknik perang dan militer. Selain merupakan seorang yang cerdas dalam
pendidikan, Mehmed pun adalah satu-satunya panglima yang tidak pernah masbuq
dalam shalatnya, bahkan dia selalu menunaikannya dalam keadaan berjama’ah.
Menjadikan shalat malam sebagai mahkotanya dan shalat rawatib sebagai
pedangnya. Penaklukkan Konstantinopel memang adalah impian terbesar bagi umat
Muslim, bahkan setiap hari umat Muslim selalu mempersiapkan rencana-rencana
penaklukkan kota itu. Bahkan, Sultan Murad II pun telah mencoba berbagai
strategi untuk menaklukkan Konstantinopel, namun janji Allah itu belum mau
terwujud.
Ketika Mehmed berusia 6 tahun, Mehmed diangkat menjadi Gubernur
Amasya oleh sang ayah. Dan pada usia 12 tahun, Mehmed yang masih muda belia
diangkat menjadi Sultan menggantikan posisi ayahnya sebagai khalifah Utsmani.
Dengan kecerdasan yang dimiliki oleh Sultan Mehmed II, banyak kemajuan pesat
yang dilakukan oleh Utsmani. Strategi demi strategi terus dilancarkan Sultan
Mehmed II untuk melancarkan impian terbesarnya dan impian umat Muslim, yaitu
menaklukkan kota Konstantinopel. Pada tahun 1452, Sultan Mehmed II membangun
sebuah benteng yang raksasa dan luar biasa di selat Bosphorus dengan 14 menara,
yang tinggi masing-masing menaranya berkisar antara 22 – 28 m dengan ketebalan
dinding antara 5 – 7 m. Benteng yang hanya diselesaikan dalam kurun waktu 4
bulan ini menggambarkan kejeniusan Sultan Mehmed II yang luar biasa dalam
mempersiapkan strategi perang.
Pada akhir bulan di tahun 1452, Sultan Mehmed II mulai melancarkan
strateginya untuk penaklukkan Konstantinopel. Saat itu, Sultan Mehmed II
mengisolasi warga Konstantinopel sehingga mereka tidak mendapatkan pasokan
makanan dan bantuan apapun dari luar. Namun, proses pengisolasian ini sengaja
dilakukan untuk membuat pasukan bertahan Konstantinopel lemah, karena
Konstantinopel merupakan kota dengan pertahanan terbaik sepanjang masa. Ini
terbukti dari 20 km garis pertahanan kota, 13 km diantaranya dibatasi laut.
Sebelah selatan dilindungi ombak dan badai yang luar biasa di laut Marmara,
seluruh batas laut inipun dijaga dengan tembok setinggi 15 meter dan dikuatkan
188 menara dengan ketinggian 70 meter. Inilah yang membuat Konstantinopel tetap
tegak bertahan menahan gempuran dan serangan yang datang dari pasukan musuh
yang mencoba menaklukkannya. Di teluk tanduk emas pun, dibentangkan rantai
raksasa sepanjang 275 meter untuk menutup akses ke teluk tanduk emas hingga
menyulitkan musuh untuk masuk ke kota Konstantinopel. Mengetahui bahwa tembok
pertahanan Konstantinopel sangatlah luar biasa hebat dan bertahan selama
belasan abad. Maka strategi yang dilakukan oleh Sultan Mehmed pun merupakan hal
yang luar biasa dan diluar nalar manusia. Suatu hari, ada seorang pembuat
meriam dari Konstantinopel datang kepada Sultan Mehmed II untuk menawarkan
meriam yang ia buat. Meriam ini sebenarnya telah ditawarkan pada Kaisar
Konstantinopel, namun karena Konstantinopel sedang dalam keadaan terisolasi
maka Kaisar tidak mampu untuk membeli meriam yang harganya sangat mahal.
Sebelum Sultan membeli meriam tersebut, beliau bertanya pada pembuat meriam
tersebut apakah meriam yang ia buat itu bisa menghancurkan tembok
Konstantinopel atau tidak. Dan ternyata pembuat meriam yang bernama Orban itu
meyakinkan bahwa meriam yang ia buat pasti bisa menghancurkan tembok sehebat
tembok pertahanan kontsantinopel. Akhirnya, walaupun harga meriam itu sangat
tinggi, Sultan tetap membelinya. Dan meminta Orban untuk membuat meriam yang
lebih besar lagi. Setelah 3 hari, akhirnya proses pembuatan meriam raksasa
dengan ukuran 8.2 meter dengan diameter sepanjang 70 cm dapat diselesaikan.
Akhirnya pada bulan maret 1453, Sultan menugaskan 200 pekerja untuk meratakan
jalan sepanjang 225 km yang menghubungkan antara Edirne dengan Konstantinopel.
Sehingga meriam raksasa dan 69 meriam lain yang ukurannya beragam berhasil
ditarik oleh 60 sapi dan 200 tentara dengan kecepatan 4 km perhari. Begitupun
pergerakan pasukan Utsmani di laut, semua kekuatan dikerahkan oleh Sultan
Mehmed II menunjukkan kesungguhannya dalam rencana penaklukkan Konstantinopel.
Pada tanggal 6 April, Sultan Mehmed II dengan pasukannya membuat
pasukan pertahanan kota bergidik ketakutan. Sultan dan pasukannya melaksanakan
shalat jum’at dengan berbaris sepanjang 4 km dari pantai Marmara hingga Selat
Tanduk Emas (Golden Horn). Pekikan takbir dengan pergerakan yang cepat dan
sangat terorganisir rapi dari pasukan Muslim membuat pasukan bertahan
ketakutan. Ketika kedua pasukan telah berhadap-hadapan, Sultan Mehmed
mengirimkan utusan yang membawa sepucuk surat kepada Kaisar Constantine, surat
yang berisi 3 pilihan yang bisa diambil oleh penguasa Byzantium. Bersyahadat
bahwa tiada Tuhan selain Allah lalu menjadi Muslim maka serangan fisik akan
segera dibatalkan, atau membayar jizyah dan tunduk pada syariat Islam, atau
diperangi sampai Allah memenangkan kaum Muslim. Tentu saja, Kaisar menolak
masuk Islam dan tidak juga menyerahkan Konstantinopel. Sultan segera
memerintahkan pasukan artilerinya untuk mengetes kekuatan meriam Orban. Kaum
Muslim menggunakan meriam-meriam yang dapat menembakkan peluru seberat 200-300
kg, sementara Konstantinopel hanya dilengkapi meriam yang berukuran jauh lebih
kecil. Meriam Orban melakukan tugasnya dengan baik, tembakan demi tembakan yang
dilancarkan di setiap sudut tembok memberikan efek masing-masing, namun dengan
hasil yang tetap efektif. Proses bombardier tembok sepanjang 7,5 km terus
menerus dilancarkan hingga satu pekan. Legenda 1300 tahun pertahanan tembok Konstantinopel
akan segera dihapuskan oleh pasukan Sultan Mehmed II dengan meriam raksasanya.
Namun, kelemahan dari meriam ini baru diketahui setelah dioperasikan beberapa
saat, ternyata meriam ini hanya bisa dioperasikan setiap 3 jam sekali karena
dikhawatirkan meriam retak jika terlalu sering digunakan. Penduduk
Konstantinopel panik, mereka berlari menjauhi tembok, berteriak dan
menyelamatkan dirinya masing-masing, sementara Kaisar segera mengendalikan
keadaan dengan membunyikan lonceng-lonceng gereja. Tentara Muslim berhamburan
di depan tembok Konstantinopel, hingga suasana menjadi sangat kacau. Namun
keberuntungan masih berada di pihak pasukan bertahan. Jumlah pasukan Muslim
yang banyak bisa diimbangi dengan jetinggian tempat yang dikuasai oleh pasukan bertahan.
Setelah 6 jam, suara-suara teriakan perlahan menjadi desahan pelan
dan masyat-mayat bergelimpangan, tentara Utsmani kalah. Kekalahan ini tentu
menjadi pukulan berat bagi pasukan Muslim juga Sultan Mehmed II, mereka
kehilangan 18000 tentara pada saat itu. Langkah mereka gontai karena kelelahan,
namun yang paling menakutkan dari kekalahan ini adalah kerugian moril yang
besar dan sangat berbahaya. Begitupun yang menimpa armada laut Utsmani,
nampaknya situasi laut tidak berpihak pada mereka. Teriakan gembira dan harapan
menyelimuti penduduk Konstantinopel setelah kekalahan yang menimpa pasukan
Utsmani. Sementara bagi pihak Utsmani kekalahan ini menjadi pukulan berat,
dipermalukan 2 kali selama sepekan. Namun, Sultan Mehmed II justru menjawab
kekalahan ini dengan taktik yang jauh lebih berani. Saat penduduk
Konstantinopel sedang menikmati euphoria kemenangan di Teluk tanduk emas yang
dilindungi oleh rantai raksasa, pasukan Utsmani kembali menyerang mereka dengan
peluru-peluru meriam. Pertarungan kembali terjadi di antara kedua pihak. Namun
sekali lagi, Allah swt belum memberikan kemenangan yang telah dijanjikan pada
Sultan Mehmed. Sultan Mehmed “terpaku, tak berucap sepatah kata pun ia berbalik
lalu meninggalkan lautan dengan kudanya” dengan penuh kegalauan dan kegetiran.
Kembali, penduduk Konstantinopel berbahagia atas keberuntungan yang masih
menyelimuti kota mereka. Euphoria pun berlangsung dengan sangat meriah di Kota
Konstantinopel. Namun di pihak Utsmani, hal ini bagaikan ledakan yang tak tertahan,
kritik dan protes datang kepada Sultan.
Sultan tak ingin hal ini terus menerus menyelimuti pasukannya,
Sultan pun memahami bahwasannya cara untuk menaikkan moral pasukan yang paling
baik adalah dengan pengalaman kemenangan dan dia harus menciptakan hal itu.
Sultan pun terus menerus memikirkan bagaimana cara untuk menaikkan moral
pasukannya, seperti yang dikatakan oleh gurunya bahwa “sesuatu yang belum
pernah terjadi sebelumnya” yang bisa membuat kemenangan berpihak pada pasukan
Utsmani. Oleh karena itu, Sultan menyiapkan kejutan, sesuatu yang belum pernah
terjadi sebelumnya yang akan membuat kondisi perang berubah dan menaikkan moral
pasukannya. Malam hari, Sultan Mehmed dan pasukan Utsmani berdiskusi tentang
rencana selanjutnya untuk menaklukkan Konstantinopel. Akhirnya, Sultan Mehmed
menengahi diskusi tersebut dengan sebuah solusi yang tak pernah terbayangkan
oleh siapapun. “Bila kita tidak akan bisa memutuskan rantainya, maka kita akan
melewatinya.” Melewati yang dimaksud oleh Sultan adalah melewati rantai raksasa
yang adal di teluk tanduk emas melalui jalur darat, ini berarti mengangkat
kapal-kapal dari selat Bosphorus melewati daratan Galata. Walaupun terdengar
mustahil, tidak ada seorang pasukan Utsmani pun yang menganggap ini mustahil.
Pada tanggal 22 april 1453, pasukan Konstantinopel dikagetkan
dengan pemandangan yang membuat mereka ngeri dan sama sekali tidak pernah
menduga hal tersebut akan terjadi. Tentu saja hal ini sangat membuat penduduk
Konstantinopel ketakutan, dan meyakini bahwa sebentar lagi kota mereka akan
dapat ditaklukkan. Perpecahan antar pasukan Konstantinopel terus saja terjadi,
ditambah dengan berkurangnya persediaan makanan, factor kelelahan, serta
keputusasaan menyelimuti penduduk Konstantinopel. Pada tanggal 5 Mei 1453,
lagi-lagi mendapatkan kejutan baru khas Sultan Mehmed, always unpredictable.
Meriam yang pada awalnya ditemukan bisa menjadi mortar diproduksi dengan skala
besar dan beberapa meriam telah siap menembakkan peluru-peluru dari bukit
Galata. Penembakan ini terjadi sampai 14 Mei 1453. Bombardier tanpa henti
membuat penduduk dan pasukan Konstantinopel putus asa, mereka sibuk mencari
makanan untuk keluarga mereka sehingga pertahanan kota melemah. Waktu dilewati
pasukan Konstantinopel dengan menghitung mayat yang terus bergelimpangan.
Penyerangan berkala terus dilancarkan oleh Sultan Mehmed. Setiap hari, selalu
saja ada rencana baru luar biasa Sultan Mehmed untuk menaklukkan kota
Konstantinopel.
Pada pertengahan bulan Mei 1453, hamper semua teknik peperangan telah dicoba oleh Sultan Mehmed, berikut beberapa strategi yang telah dilakukan. Bombardier artileri, serangan umum dengan tangga, panah tombak dan pedang, bahkan mengangkat 72 kapal dan memblokade bantuan, sekarang cara penyerangan akan ditambah lagi melalui penggalian terowongan bawah tanah. Belum hilang kekagetan pasukan bertahan menghadapi serangan bawah tanah, pada 18 Mei 1453 pagi hari, pasukan bertahan menghadapi hari baru dengan penuh kengerian dan pandangan tidak percaya. Di hadapan mereka, di tengah-tengah tenda-tenda Utsmani yang menghampar luas, entah darimana muncul satu menara menjulang tinggi sedang mendekati mereka. Menara itu terbuat dari kayu, lebih tinggi dari menara Konstantinopel. Sultan Mehmed kembali menunjukkan pekerjaan yang menjadi ciri khasnya; penuh kerahasiaan dengan kecepatan dan skala besar. Pada 22 mei 1453, saat itu pengepungan Konstantinopel telah berlangsung selama 47 hari dan kedua pihak mengalami kelelahan yang luar biasa. Hal yang menjadi salah satu kelemahan dari pihak Kristen adalah percayanya mereka pada takhayul dan mitos-mitos sehingga lengkaplah penyakit pemikiran masyarakat Kristen Byzantium. Panen gagal, asap tebal, hujan yang turun berhari-hari, kilat di langit, mimpi anak kecil bahwa Malaikat telah meninggalkan kota, patung perawan Maria yang menangis mengeluarkan darah, penampakan roh perawan Maria di tembok kota dan sebagainya termasuk anggapan yang muncul bahwa Konstantinopel akan bangun dan jatuh oleh yang bernama sama dan menmpunyai nama ibu yang sama. Sialnya, Kaisar Constantine The Great dan Constantine Palaiologos XI sama-sama memiliki ibu bernama Helen. Mitos-mitos ini menambah ketakutan pihak Konstantinopel dan meyakini bahwa sebentar lagi kota mereka akan ditaklukkan. Selasa, 29 mei 1453. Kala itu langit masih gelap dan pengepungan yang dilakukan pasukan Utsmani sudah memasuki hari ke 54. Saat itu masih pukul 01.00 dini hari, namun tirai panggung penaklukkan mulai terbuka. Satu demi satu actor mulai berdatangan, siap memainkan skenario Tuhan pencipta semesta alam dalam kisah penaklukkan yang selalu akan diingat sepanjang masa. Panik yang nyata melanda kota, semua penduduk sipil menyelamatkan dirinya masuk ke dalam gereja.
Pasukan bertahan dikepung dan dipaksa menyerah tanpa syarat sementara yang lain memilih mati di pedang atau tombak kaum Muslim. Selapis demi selapis garis pertahanan Konstantinopel lumpuh. Saat Kaisar Constantine mendengar hal ini, dia mengetahui bahwa Byzantium telah berakhir dan kota Konstantinopel yang agung telah jatuh. Inilah akhir dari dinasti keluarga Palaiogis selama 194 tahun, sekaligus akhir bagi Byzantium. 29 mei 1453 atau bertepatan dengan tanggal 20 jumadil ula 857 H, adalah saat yang dinanti-nanti. Sultan Mehmed II memasuki kota dari gerbang Charisian. Sultan memasuki gerbang kota, mengagumi isi di dalamnya dan mengalir dari lisannya puji dan syukur kepada Tuhannya, sang pemberi kemenangan. Teriakan takbir berkumandang, merekam momen yang bersejarah dan fenomenal ini, lukisan-lukisan kini terpajang di seluruh dunia, mengingat hari dimana dia mendapatkan gelar sebagai Ahlu Bisyarah, gelar mulia yang diperebutkan orang-orang yang mulia. Dialah Muhammad Al-Fatih. Usianya baru 21 tahun lewat 2 bulan ketika itu, namun bisyarah Rasulullah keluar dari lisannya yang mulia berhasil direalisasikan.
Lisda Kania Yuliani, 29 Mei 2012 14:53
4 komentar:
maa syaaAllah.. jazakumullah khoiron kak.
Terimakasih kepada penulis artikel ini saya sangat terharu sampai sampai,semoga bermanfaat dan menfaat nya kembali kepada anda aminn
Terimakasih kepada penulis artikel ini saya sangat terharu sampai sampai,semoga bermanfaat dan menfaat nya kembali kepada anda aminn
Novel Muhammad Al Fatih versi lain, sila kunjungi link berikut :
https://myebooknovel.blogspot.com/2020/07/muhammad-al-fatih-kisah-kontroversial.html
Posting Komentar