“Ya rasul, kota manakah yang akan ditundukkan terlebih dahulu? kota Konstantinopel ataukah Kota Roma?"
"Kotanya Heraclius (Konstantinopel) akan ditundukkan terlebih dahulu"
(HR. Ahmad)
Sulthan Mehmed II, Al-Fatih |
Musim dingin tengah menyergap Edirne saat Sulthan Mehmed II berhadapan dengan peta kekaisaran Byzantium. Awal tahun 1453, hujan salju telah lama membekukan tekadnya untuk tidak mengundurkan diri dari pengepungan Konstantinopel. Keyakinan dirinya sebagai penglima terbaik yang diramalkan rasulullah, membawa pengaruh yang sangat besar. Proyeksi bahwa dirinyalah penakluk Konstantinopel sebagaimana telah ditanamkan oleh Syekh Aaq Syamsuddin dan Syekh Ahmad Al-Kurani sejak kecil, membawa inspirasi yang tak terbatas serta motivasi yang tak terbendung. Ia menguras seluruh tenaganya demi merancang strategi terbaik untuk pengepungan. Dengan strategi inilah Konstantinopel kelak akan takluk dibawah komandonya.
Konstantinopel bukan sembarang kota. Ia didirikan ribuan tahun yang lalu oleh pahlawan legendaris Yunanni; Byzas dan diberi nama Byzantium sesuai dengan namanya. Pada tahun 324, kaisar konstantine memindahkan ibukota Romawi Timur ke kota ini dan sejak saat itu namanya diubah menjadi Konstantinopel dan negaranya disebut Byzantium. Sebagai satu-satunya pewaris imperium Romawi, Konstantinopel memiliki semua teknologi perang dan kejayaan militer sistem Romawi yang sempat memimpin dunia. Wilayah lautnya sangat luas dan armada lautnya menjadi yang terbaik pada masanya. Konstantinopel sendiri sering disebut ‘New Rome’ dan dengan sendirinya menjadi kota dengan aktivitas dagang terpadat dengan populasi mencapai 500.000 orang.
Sebagai ibukota imperium terbesar masa itu, Konstantinopel dihuni oleh beberapa etnis yang didominasi oleh etnis Yunani. Kaisar Konstantine menjadikan Konstantinopel sebagagai “Kota yang paling diinginkan seluruh dunia” dengan memperkeras seluruh jalan kota dengan batu porifri dan gedung-gedung marmer di sebelah kanan-kirinya. Tiang-tiang dan alun-alun disediakan di setiap sudut kota lengkap dengan taman-taman dan monumen-monumen kemenangan. Terdapat Hippodrome yang dapat menampung ratusan ribu orang untuk menyaksikan pacuan kuda. Kota ini juga penuh dengan barang-barang berharga dari seluruh dunia yang terkumpul sebagai hadiah rampasan perang seperti kuda tembaga Alexander, Emas, dan Perak yang berlimpah dan uang pajak dari negara-negara jajahan (Siauw, 2011).
Konstantinopel merupakan kota yang kental dengan nuansa religiusnya. Agama mengakar kuat di dalam tubuh masyarakat. Setiap monumen religius dihiasi dengan emas dan batu permata, disini juga disimpan kepala Yohanes pembabtis yesus dan Mahkota duri yang kabarnya dipakai Yesus ketika disalib. Para rahib dan pastor merupakan profesi yang sangat dihormati, perayaan kristen dilaksanakan dengan megah dan setiap penduduk sangat mempercayai bahwa kota mereka dilindungi oleh tuhan mereka, terutama bunda Maria yang menjadi penjaga suci kota.
Kaisar Byzantium sendiri dianggap sebagai wakil Yesus di dunia dan kotanya dibangun seolah menyerupai surga dengan katedral dan gereja yang jumlahnya lebih banyak daripada hari dalam satu tahun, dan tentu saja yang paling mewah adalah gereja Hagia Sophia “Holy Wisdom Church” (Siauw, 2011). Tak satupun bangunan yang menandingi luas dan tinggi kubahnya pada waktu itu. Di dalamnya, emas bertahtakan permata membanjiri dinding gereja, ratusan lukisan mozaik dan hasil seni lainnya menambah keindahan bangunan ini dan membuat orang di dalamnya bagaikan dihujani bintang-bintang.
Di bagian terluar, terdapat tombok Theodosius yang membentang dari selat teluk tanduk emas hingga ke laut Marmara. Hidup mati penduduk Konstantinpel berada pada tembok ini. Selama tembok masih berdiri maka penduduk di dalam kota merasa aman. Bahkan tanpa diminta pun, penduduk akan memperbaiki tembok yang berlubang karena serangan. Tembok inilah yang menjadi penghambat pengepungan yang dilakukan oleh pendahulu-pendahulu Al-Fatih, terutama ayahnya, Murad II.
Tembok 3 lapis yang melindungi Konstantinopel |
Wall of Constantinople mampu bertahan selama 1.123 tahun, dibangun oleh Kaisar Constantine pada abad ke-3. Tembok pertahanan ini terdiri dari 3 lapis. Lapisan pertama setinggi 18 meter dengan ketebalan 5 meter. Di luar tembok terdapat parit selebar 18-20 meter dengan kedalaman 6-10 meter. Dengan kondisi terluar seperti ini, nyali pasukan manapun yang mencoba menaklukkan Konstantinopel dengan cara klasik akan menciut karena tak akan mampu menyebranginya dengan kuda ataupun pengepungan lainnya. Tidak kurang dari 23 kali pasukan pernah mengepung tembok Konstantinopel, namun tak satupun yang mampu menembusnya.
Inilah yang menjadikan Konstantinople bagaikan bukan sembarang mutiara yang diperebutkan. Tercatat ada 5 gelombang pasukan kaum muslimin pernah mencoba menaklukkan. Gelombang pertama dipimpin oleh Abu Aub Al-Anshari pada tahun 44 H, namun gagal karena usianya. Gelombang kedua dipimpin oleh Sulaiman Bin Abdul Malik yang terkenal kedekatannya kepada Allah pada tahun 98 H. Gelombang ketiga dipimpin oleh Khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah tahun 190 H. Gelombang setelahnya dipimpin oleh kakek buyut Al-Fatih, Beyazid I pada tahun 796 H, dan selanjutnya dipimpin oleh Murad II (sulthan ketujuh Utsmani) pada masa kekhalifahan bani Utsmaniyah. Gerakan seluruh pasukan ini jelas;Konstantinopel, namun semua pasukan yang pernah dikirim untuk menaklukkan Konstantinopel harus pulang dengan kepala tertunduk karena Konstantinopel terlalu sulit untuk ditembus.
Sebelumnya pada tahun 1204 M, dengan sangat arogan pasukan Kristen Roma yang awalnya bertolak menuju Yerussalem, mengalihkan kapal-kapalnya menuju Konstantinopel. Kerusakan terjadi dimana-mana, darah bertumpah, rumah dibakar, bahkan pasukan ini memasukkan keledai dan kuda ke dalam gereja. Konstantinopel benar-benar hancur. 57 tahun kemudian, pasukan Byzantium kembali menguasai Konstantinopel, dan yag tersisa hanyalah bangunan-bangunan yang telah hancur dan hanya sedikit dari kemegahan kota yang tersisa. Inilah yang kelak akan menimbulkan perpecahan antara kaum Yunani Orthodok dan Roma Latin. Sejak saat itu, Byzantium seperti di awang-awang kejayaan. Sampai pada awal bulan April 1453.
Saat itu usia Mehmed II yang baru menginjak 21 tahun lebih 2 bulan, masih terlalu muda untuk menjabat sebagai seorang gubernur menggantikan ayahnya, Murad II. Tentu saja hal ini membawa angin segar bagi kaum kristen Eropa terutama kaisar Constantine XI. Mereka berbahagia menyambut kematian Murad II dan memandang remeh Mehmed II yang masih terlalu polos. Namun, api jauh dari panggangnya. Mehmed II hadir dengan strategi yang berbeda, tak pernah diduga sebelumnya dan menimbulkan efek serangan-serangan kejutan.
Rumelli Hisari, dibangun oleh Sultha Mehmed II |
Sebagai permulaan, Mehmed II membangun benteng Rumelli Hisari yang berada di selat Bosporus. Rumelli hisari terletak berseberangan dengan Anadolu Hisari yang telah dibangun oleh Beyazid I. Keduanya saling berhadap-hadapan sehingga Mehmed II mampu mengontrol setiap kapal Eropa yang masuk.
Dari jalur darat diberangkatkan 250.000 pasukan. Tak mudah untuk melakukan serangan dari jalur ini, tembok pertahanan Konstantinopel tentu akan mempersulit pasukan. Namun, bukan Al-Fatih namanya jika menyerah hanya karena masalah ini. Untuk menghadapinya tentu cara yang digunakan harus cara yang penuh kejutan dan tidak biasa. Ia lalu menunjuk Orban untuk membuatkan meriam. Dibawah komando Orban, jadilah meriam raksasa sepanjang 8 meter dan diameter lebih dari 0,7 meter yang terbuat dari campuran tembaga dan timah. Saat ujicoba, meriam ini mampu melemparkan batu besar sejauh 1,6 meter sebelum menghantam tanah, dan membuat lubang sedalam 2 meter di tanah utsmani. Meriam ini tentu membuat Byzantium menegang.
Dari jalur selatan, 400 kapal yang diberangkatkan mampu direpotkan oleh 125 pasukan Byzantium. Hal ini menunjukkan betapa hebatnya armada tempur Konstantinopel.
Proses pemindahan kapal dalam 1 malam |
Sedangkan dari jalur utara, terbentang rantai raksasa sepanjang 275 meter untuk menutup akses melalui jalur teluk Tanduk Emas. Rantai ini memberikan blokade sempurna hingga tak satupun kapal mampu melewatinya. Tak mungkin jika melakukan serangan melalui jalur ini. Inilah yang membuat Sulthan Mehmed memiliki ide luar biasa yang tak pernah tada sebelumnya. Ia memutuskan untuk memindahkan 72 kapal dari selat Bosphorus ke Selat Teluk Tanduk, yang hanya terjadi dalam satu malam. Ide 'gila' Al-Fatih ini membuat Byzantium terancam.
29 Mei 1453 dini hari pertempuran dimulai. Setelah 2 gelombang pasukan gugur di medan syahid, dikerahkanlah pasukan Yenisari. Pasukan ini telah didik sejak kecil dengan akademis, strategi perang, ushul fiqh, serta latihan fisik. Pasukan ini pula yang merupakan pasukan yang digaji oleh sulthan. Jumlah pasukan mungkin hanya tertinggal 7.000 pasukan waktu itu, namun hujan panah yang dilemparkan oleh pasukan Yenisari mampu memukul mundur pasukan bertahan Hanya dalam waktu seperempat menit 30.000 pasukan muslim mampu menjebol gerbang kota. Satu persatu bendera Liwa’ Raya’ dikibarkan, padahal beberapa menit yang lalu elang berkepala dua Byzantium dan singa st. Mark berkibar di langit Konstantinopel. Sebentar kemudian terdengar teriakan “Kota telah jatuh!!!”
Mendengar teriakan ini, kaisar Constantine XI mengetahui bahwa Konstantinopel telah jatuh, kekaisaran Byzantium telah berakhir. Ia kemudian turun dari kudanya, melepas jubah kebesarannya kemudian berperang laksana prajurit biasa dan tak terlihat lagi setelah itu. Guistiani, panglima tertinggi pasukan gabungan, menyelamatkan diri bersama pasukannya dengan perahu. Begitu pula yang dilakukan oleh prajurut Venesia. Begitulah watah pengecut yang haus kekuasaan. Saat itu juga Konstantinopel telah jatuh sebelum mentari terbit.
Sementara pasukan kaum muslimin dengan suara takbir terpana memasuki kemegahan kota. Pertama Al-Fatih menuju gereja Hagia Sophia yang padat oleh penduduk yang mencari perlindungan. Melihat kedatangan sang sulthan, semua penduduk tampak ketakutan. Ia kemudian menemui seorang pendeta dan memohon kepadanya untuk menenangkan.
Gereja Hagia Sophia, Masjid Aya Sophia, Musium, Istambul |
Sejak saat itu adzan selalu terdengar 5 kali dalam sehari. Gereja Hagia Sophia (sekarang menjadi musium) yang megah dan mewah itu disulap oleh Al-Fatih tanpa mengusik peribadatan warga non-muslim. Patung salib dihilangkan dan diganti dengan lafadz Allah dan Muhammad. Sulthan Mehmed II tidak pernah memaksakan penduduk masuk islam, karena hal itu dilarang. Namun setelah penduduk konstantinopel merasakan kesejahteraan atas diterapkannya syari’at islam, dengan sendirinya pendeta dan penduduk memeluk islam.
Harta rampasan perang dibagikan sesuai syari’at setelah dikumpulkan ke hadapan sulthan. Kepada pasukan diberikan imbalan sesuai hukum islam pula. Mehmed pun memberikan hadiah tambahan bagi keluarga prajurit yang gugur sebagai syahid. Terhadap tawanan-tawanan perang, sebagian dibebaskan dan sebagian lagi ditebus dengan emas dan perak. Kesejahteraan dirasakan baik oleh orang muslim maupun non-muslim.
Bayangan buruk tentang islam dibantah oleh keadilan di depan mata. Seringkali sulthan membagi-bagikan sendiri harta dalam jumlah yang banyak kepada wanita-wanita yang ditinggal mati suaminya, sehingga dapat menghidupi keluarga yang ditinggalkan. Sulthan pun meminta Paderi Kristen untuk mengurus agama mereka, dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi kaum kristen untuk menjalankan agama mereka.
Pasca futuhan Konstantinopel, pedang terus diarahkan ke tanah Crhistendom Eropa. Kekecewaan menempa dunia Barat, mereka tak percaya kota sekuat Konstantinopel bisa jatuh ke tangan kaum muslim. Kebencian terhadap kaum muslim yang telah dihembuskan sejak zaman dahulu membuat sentimen terhadap islam menjadi kian parah. Mereka terus melancarkan upaya untuk merebut kembali kota kebanggan romawi tersebut.
Ada cerita mengagumkan ketika Sulthan Mehmed II mendapat tawaran dari Paus Pius II. Paus Pius menawarkan kepada sulthan Mehmed untuk berpindah agama menjadi seorang Kristiani. katanya "Jika anda mau dibaptis, maka anda akan menerima mahkota kerajaan Roma". Tampaknya sang Paus tahu betul apa yang menjadi ambisi sulthan, ia berambisi untuk menjadi penglima terbaik sebagaimana menjadi bisyarah rasul dengan lebih dahulu menaklukkan Konstantinopel, baru kemudian Roma. Dengan tetap tenangAl Fatih berjanji akan menjadikan Paus Pius sebagai mufti kesultanan Utsmani jika ia berkehendak masuk islam.
Setelah memastikan Konstantinopel berada pada kondisi aman dari serangan, Sulthan Mehmed II memulai rangkaian penakulukkan kota Roma. Kemenangan demi kemenangan selalu diraih oleh pasukan kaum Muslim Utsmani. Tahun 1463 Bosnia jatuh ke tangan kaum muslim, kemudian Albania yang jatuh pada tahun 1474, serta Otranto pada tahun 1480. Jalan menuju Roma tinggal setapak lagi. Sejak Otarnto dikuasai pada tahun 1480, Mehmed tengah mempersiapkan pasukan yang jauh lebih besar lagi daripada jumlah pasukan yang dikerahkan pada pengepungan Konstantinopel. Tidak ada satupun yang tahu kemana pasukan ini akan di arahkan, bahkan prajurit utsmani pun tidak ada yang berani menanyakannya kepada sulthan. Dan saat itu pula penduduk Roma berada dalam bayang-bayang menakutkan akan datangnya pasukan muslim utsmani yang terkenal gagah dan tak kenal mundur.
Pada penaklukkan kali itu, Sulthan Mehmed II merasa tak seperti biasanya. Namun, hal ini tidak menjadikannya halangan untuk mewujudkan bisyarah rasulullah, pasukan istimewa tetap dipersiapkan untuk menaklukkan Roma. Namun ternyata Allah berkehendak untuk membagi pahala pembebasan yang telah dijanjikan itu. Sulthan Mehmed, Muhammad Al-Fatih. meninggal dalam kondisi bersiap untuk menaklukkan ROMA. Kini, Roma menanti kita.