Tujuan Hidup (Cerpen)

Jumat, 15 Juni 2012
"Selama 17 tahun ini aku hidup kaya cuma mimpi, aku hidup kaya seorang putri, merasakan berbagai kenikmatan yang tinggal aku nikmatin, mau apa tinggal bilang, sampe aku juga ga tau aku harus ngapain karna semua yang aku pengen udah terlaksana, demi apapun ya buat apa aku hidup kalo cuma buat nyusahin orang. Kalo kalian tanya aku hidup buat apa, aku juga ga tau, aku rasa... aku lagi mimpi sampe aku juga ga sadar aku hidup disini buat apa". Begitulah yang Ifa ungkapkan pada sore itu.



Sore itu aku bersama Ifa dan Vina kedua teman sekelasku mengisi waktu dengan membicarakan tentang tujuan hidup. Kami memang sudah sama-sama berusia 17 tahun, usia yang kebanyakan orang anggap sebagai patokan kedewasaan. Namun bagi kami, 17 tahun tidaklah mutlak menjadi tolak ukur atau patokan kedewasaan. Hal ini terbukti saat kami sama-sama menyampaikan argumentasi mengenai tujuan hidup. Mungkin aku dan Vina sudah mulai tegas dalam mengambil keputusan yang kami anggap baik untuk hidup kami kedepan, tapi Ifa berbeda. Aku tertegun saat dia berkata bahwa ia tidak mengetahui tujuan hidupnya. Labil, mungkin itu kata yang paling tepat untuk Ifa, bukan bermaksud mencela argumentasinya, tapi aku benar-benar heran dengan jawabannya, apa yang salah dengan Ifa. Aku bermaksud menanyakan alasannya pada Ifa, tapi sayangnya langit mulai memerah menandakan kami harus memotong pembicaraan kami.

Sesampainya di rumah, aku masih saja terpikir tentang ungkapan Ifa sore itu. Ifa memang seorang anak yang terlahir dari keluarga bangsawan, hidupnya penuh dengan kemewahan, ditambah lagi dengan parasnya yang menawan juga dengan kecerdasan, rasanya semua yang didambakan terdapat pada diri Ifa. Tapi anehnya, 1 tahun belakangan ini sikap Ifa yang periang dan penuh semangat berubah menjadi sosok yang misterius dan tertutup. Aku terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Ifa. Sementara aku tertegun, terdengar bunyi nada dering SMS di HP-ku, segera aku lihat isi SMS yang ternyata dikirim oleh Ifa. Aku kembali tertegun saat membaca isi pesannya : "Del, aku minta maaf ya kalo aku punya salah". Tentu saja pesan ini semakin menambah kegetiranku.

Keesokan harinya, aku berniat menanyakan isi SMS semalam pada Ifa, tapi ternyata Ifa tidak masuk sekolah hari itu. Dan ini berlanjut sampai 10 hari, Ifa tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Akhirnya, aku dan Vina berniat datang ke rumah Ifa untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Sesampainya di rumah Ifa, kami hanya bisa bertemu dengan pembantu di rumahnya, Mbak Lela. "Neng Syaifa ke Singapura neng sama Ibu, penyakitnya neng Syaifa nambah parah. Kabarnya sekarang mau operasi pertama neng". Ungkap Mbak Lela sambil menangis  tersedu-sedu. tentu aku dan Vina kaget mandengar ini, apa yang sebenarnya Ifa tutupi, apa yang terjadi?

Hari demi hari berlalu tanpa kabar dari Ifa. Aku dan Vina sempat berniat untuk menjenguk Ifa ke Singapura, namun rasanya sulit mengingat biaya yang diperlukan untuk terbang kesana. Tapi sungguh, kami sangat merindukan Ifa.

Sampai pada saat itu, tanggal 17 Mei 2012. Ifa mengirimkan sebuah e-mail kepadaku. "Adel, Vina, maaf ya baru bisa ngabarin kalian. Maklum orang sibuuuuk :p hehe. Del, Vin, kalian ke rumah ya hari ini aku kangen banget sama kalian :)".

Aku pun segera memanaskan motor dan bergegas pergi untuk menjemput Vina dan segera menemui Ifa. Sesampainya di rumah Ifa, alangkah terkejutnya kami, rumah Ifa layaknya rumah sakit. Dokter dan perawat meramaikan rumah Ifa. Kami pun segera beranjak ke kamar Ifa, air mata tidak dapat terbendung lagi melihat keadaan Ifa. Selang infus, dan berbagai perlengkapan rumah sakit menghiasi kamar Ifa.

"Ifa, kamu kenapa say, lagi acting yaa ga lucu tau!" Ungkapku sambil menghibur diri. "Iya nih Del, pak Sutradaranya jail banget nih ngadalin aku, hehehe!" balas Ifa dengan nada yang terdengar sayup dan lemas. "Vin, Del, maaf ya selama ini aku ga jujur sama kalian. Sebenernya aku mengidap penyakit kanker. Aku juga baru tau setaun belakangan ini. Dokter bilang, penyakitku belum bisa diobatin jadi aku rasa kalo aku cerita sama kalian, berarti aku benar-benar akan menjadi benalu yang cuma bisa nyusahin orang dan bikin oranglain sedih karena aku. Aku ga mau kaya gitu, aku mau sekali aja sampe akhir hidup aku, aku ga nyusahin orang. Oh iya Del, Vin aku udah tau tujuan hidup aku buat apa, ternyata tujuanku adalah untuk berhenti menyusahkan oranglain, dan ini terwujud di usia 17 tahun. Sekarang aku bisa jawab pertanyaan kalian, hehe."
"Ya Allah Fa, kamu kenapa sejahat ini sama kita Fa? Kita itu sayang sama kamu, kalo pun kamu bilang kalo kamu sakit, kita pasti bantu kamu, dan itu sama sekali ga akan nyusahin kita. Fa kamu harus kuat ya fa, harus kuat!"
"Adela, Davina, aku seneng banget punya sahabat kaya kalian. Tapi aku bakal lebih seneng lagi kalo aku berhenti nyusahin orang, aku cape kaya gini terus, aku cape. Udah ya Del Vin, aku pengen istirahat dulu."

Tiba-tiba penyakit Ifa kambuh dan bertambah parah dan akhirnya keadaan Ifa collapse. Dokter dan para perawat yang berjaga pun segera mengatasi hal ini. Namun, usaha maksimal dokter dan para perawat tidak cukup untuk mempertahankan nyawa Ifa.
Dan akhirnya, 17-05-2012 tujuan hidup Ifa tercapai. Selamat Ifa, Selamat Tinggal Anugraha Syaifa Farisy.

0 komentar:

Posting Komentar