(Saya dengar langsung dari Ustad Abu Nashir, waktu kunjung ke pesantren beliau di Pangkalan Banteng Kalteng akhir bulan Oktober 2011, kemudian beliau menuliskannya)
Demi Allah, cerita inspiratif yang saya sampaikan ini adalah benar adanya. Bukan cerita fiktif atau sesuatu yang mengada-ngada. Tujuannya agar bagi yang membaca khususnya para pengemban dakwah dapat semakin istiqomah dan bersemangat dalam memperjuangkan tegaknya Syariah dan Khilafah.
Perkenalkan, nama saya Abu Nasir. Saya asli dari Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur dan sudah dua belas tahun merantau ke Kalimantan dan menetap di Desa Karang Mulya, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalteng. Saya aktif sebagai aktivis HTI Kecamatan sejak 2007. Sehari-hari saya berprofesi sebagai pengasuh Ponpes Darul Hikam Pangkalan Banteng. Pendidikan agama saya dapatkan ketika nyantri di Ponpes Lirboyo Kediri.
Saya memiliki 8 orang saudara dan 2 di antaranya sudah meninggal dunia. Yang bungsu bernama Muhammad Za’far An Nuh (19 tahun). Ketika masih duduk di bangku SD, Za’far sering di siksa secara fisik oleh seorang teman satu sekolah sampai kelas enam akhir. Karena fisiknya lemah (memang karakternya yang pendiam dan tertutup), Za’far tidak bisa membela diri. Meski demikian, Za’far tetep berjanji dalam hatinya bahwa kalau teman yang menyiksa itu meminta maaf kepadanya pasti Za’far memaafkanya dengan setulus hati. Kenyataannya, sampai lulus SD, teman tersebut tidak pernah meminta maaf kepada Za’far. Ketika duduk di kelas 1 MTs PSM Kedungombo, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, gejala-gejala supranatural mulai nampak dalam diri Zafar. Di awali dengan sering munculnya bisikan Hatif (suara tanpa wujud) yang menyuruh Zafar untuk menjalankan sebuah lelakon tertentu. Begitu Zafar selesai melakukan satu lelakon, muncul kembali hatif yang meminta Zafar melakukan lelakon yang lain. Begitu seterusnya. Dan itu terjadi dengan sendirinya sampai Zafar mendapatkan kekuatan supranatural yang sangat jarang di miliki orang lain.
Di antaranya, Zafar bisa membaca pikiran (hati) teman-temannya yang sedang membencinya dan mengetahui alasan kenapa teman teman membenci dirinya secara detail. Dia mampu melihat/menerawang peristiwa yang akan terjadi pada masa mendatang. Sebagai contoh, dia melihat dinding atas (layar atap bagian luar) masjid di desanya roboh ketika menjalankan sholat Jum’at dan menimpa sejumlah jamaah serta beberapa kendaraan. Meskipun, secara kasat mata pada saat itu kondisi masjid masih utuh. Hal tersebut kemudian disampaikan kepada sang ayah. Mendengar ucapan Za’far, ayah kami tidak merespon dan hanya mengatakan kuwi jenenge laduni. Artinya, ilmu yang di dapat secara langsung tanpa melalui proses belajar. Ternyata, satu bulan kemudian apa yang di lihat Za’far menjadi kenyataan. Mulai saat itulah, Za’far akhirnya semakin penasaran dan mendalami kemampuan supranatural yang dimiliki. Dan masih banyak contoh-contoh lainnya yang tidak bisa kami ceritakan satu persatu.
Lulus dari MTs pada tahun 2006/2007, Za’far ingin nyantri di ponpes yang masih berada di Kabupaten Nganjuk untuk mempelajari ilmu agama dan pengobatan alternatif menggunakan herbal dan pijat syaraf. Setelah selesai nyantri di ponpes di ngajuk (nama pesantren tidak kami sebutkan), Zafar pindah belajar agama ke salah satu Pesantren (nama ponpes dirahasiakan) di Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Di pesantren tersebut, Za’far bermaksud mencari guru ngaji sekaligus guru spiritual supaya nantinya ketika suara Hatif tersebut muncul sang gurulah yang memutuskan apakah dilaksanakan atau tidak bisikan tersebut. Selama berada di pesantren itu, kemampuan supranatural yang dimiliki Za’far semakin meningkat karena mendapat dukungan ustad di pesantren setempat. Di antaranya, Zafar memiliki kemampuan hipnotis, bisa menghilang dan berpindah-pindah tempat hanya dalam hitungan detik.
Puncaknya, dia dengan mudah mendapatkan ilmu tasawuf sampai pada level wihdatul wujud dengan sendirinya tanpa di pandu oleh siapapun.
Pada level ini, Za’far kembali mendapat bisikan kuat yang menjelaskan bahwa wihdatul wujud sebenarnya bukanlah “Manunggaling kawulo marang gusti” (bersatunya mahluk dengan khaliq), TETAPI yang benar adalah mengamalkan syariat Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan. Disini Za’far mulai merenung dan mengoreksi diri. Pada satu sisi, dia mendalami ilmu tasawuf. Pada sisi lain, juga melihat fakta umat yang aktifitasnya banyak bertentangan dengan syariah Islam. Dalam hati, Zafar mulai bertanya-tanya “apakah mungkin cinta seorang hamba di terima oleh-Nya sedangkan umat terus dalam kerusakan yang membabi buta?”. Alhamdulillah, dari sini Za’far mendapat pencerahan dan bertekad kuat untuk melepas dan membuang ilmu yang pernah di pelajarinya. Zafar juga bertekad untuk berperan aktif memikirkan nasib umat, tetapi masih binggug karena belum memiliki fikrah yang jelas. Untuk membuang ilmu tersebut, Za’far membutuhkan bantuan tiga orang ustadz dan Alhmdulillah berhasil. Bisikan fakta umat itu semakin kuat hingga memaksa Za’far untuk pindah ke pesantren tahfidzul Quran guna memperdalamnya dan masih berada di wilayah administrasi Kabupaten Tegal.. Di sisi lain, keinginan untuk mempelajari Syariat Islam semakin kuat.. Pada titik ini, Za'far kembali menerima cobaan berupa sakit kepala yang luar biasa di bagian kiri, seperti ada benda tajam di dalamnya,semakin hari rasa sakitnya tambah parah hingga sempat terhenti akfitas Qurannya beberapa bulan . Setelah di periksa secara medis, dokter memvonis Za’far terserang penyakit semacam gangguan syaraf pada kepala dan untuk mengobatinya harus dengan jalan operasi. Setelah itu, kami keluarga yang ada di Kalimantan menyarankan agar Za’far di bawa ke Kalimantan tempat kami menetap di Desa Karang Mulya, Kabupaten Kobar. Kebetulan saya pernah kursus thibbun Nabawi (pengobatan ala Nabi). Setelah saya terapi sekitar dua minggu, sakitnya semakin parah dan sering pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit yang luar biasa. Akhirnya kami memutuskan untuk membawa Za’far ke Thibbun Nabawi El Iman Bogor Cabang Banjarmasin, Kalimantan Selatan selama satu hari satu malam. Begitu tiba di Banjarmasin, pada pagi hari, Za’far di ruqyah oleh para ustad di sana, namun tidak ada reaksi hanya bau yang sangat busuk yang menyelimuti tubuh Za’far sedangkan yang lain tidak merasakan. Kemudian sekitar pukul 20.00 waktu setempat, Za’far kembali di ruqyah. Hasilnya, Za’far kesurupan, meraung dan berteriak keras sehingga kami berlima kewalahan dalam menenangkan Za’far. Dalam kondisi kesurupan, jin dalam tubuh jafar melontarkan sejumlah perkataan antara lain tidak terima kalau Za’far bisa menghafalkan Al Quran dan meminta pihak keluarga untuk menghentikan aktivitas hafalan Quran Za’far. Setelah kurang lebih dua jam mengamuk hingga pukul 23.00 waktu setempat, Za’far tersadar. Kemudian oleh sang terapis, Za’far di suruh mengambil air wudhu dan segera tidur. Kemudian Za’far tidur di temani salah seorang kakaknya (adik saya yang lain), Ayyub di salah satu ruang ruqyah. Saya sendiri tidak bisa tidur dan memilih duduk di ruang tunggu. Jarak antara tempat tidur Za’far dan tempat saya duduk sekitar 20 meter dan dipisahkan oleh lorong panjang. Tak berselang lama, saya terkejut bukan kepalang karena tiba-tiba Za’far sudah berdiri di belakang saya dalam kondisi kerasukan.
Kemudian terjadilah dialog antara kami berdua (Kode AB : Abu Nasir, MZA (Muhammad Za’far An Nuh)
AB : Nuh... (memanggil nama Za’far dengan suara merendah)
MZA : Nama saya bukan An Nuh. Nama saya Ubaid
AB : Siapapun kamu, saya minta kamu duduk (dengan nada datar)
MZA akhirnya duduk dan menundukkan kepala. Hening sejenak. Kemudian MZA mengangkat kepala sambil mengancungkan tangan kanan ke atas dan berkata
MZA : Ini semua gara-gara Hizbut Tahrir. Sebetulnya anak ini sudah lama mencari pemahaman yang benar tentang Syariat Islam namun tidak menemukannya. Setelah di Kalimantan, dia bertemu Hizbut Tahrir dan akhirnya menemukan apa yang telah di carinya.
Maka ini semua tidak boleh terjadi.... (dengan nada yang tinggi)
AB : Kenapa kamu menyalahkan Hizbut Tahrir. Apa yang kamu tahu tentang Hizbut Tahrir ?
MZA : Kamu tahu dengan Hizbut Tahrir (balik bertanya). Gara-gara Hizbut –Tahrir kami bangsa jin di seluruh dunia luluh lantah dan saya tidak terima. Kami pada saat ini bangsa jin merapatkan barisan untuk menghalang-halangi tegaknya syariah dan khilafah.
AB : Apa lagi yang kamu tahu dari Hizbut Tahrir ?
MZA : Hizbut Tahrir itu akan membangunkan umat Islam dari tidur panjangnya, mengingatkan kembali sejarah kejayaan Islam selama 1.300 tahun dan akan menyatukan umat Islam di seluruh dunia. Dan itu sebentar lagi. Namun, semua itu tidak boleh terjadi.
AB : Kenapa tidak boleh terjadi ?
MZA : Karena kami bangsa jin susah mencari teman dari kalangan manusia
Karena saya ketakutan, saya lari ke lorong dan membangunkan Ayyub yang sedang tertidur agar menjadi saksi. Kemudian kami kembali ke ruang tunggu dan menghampiri Za’far yang masih dalam kondisi kerasukan. (Kode AY : Ayyub)
AY : Sudah, kamu keluar (dari tubuh Za’far) aja. Kasihan Za’far kecapean belum tidur.
MZA : Saya mau keluar asalkan ada perjanjian. Syaratnya, kamu harus menghalang-halangi anak ini agar tidak menghafalkan Al Quran, Sebab, ketika dia hafal Al Quran dan mendakwahkan syariah. Maka seluruh ulama se Jawa Timur akan hancur (sadar dan memperjuangkan tegaknya Syariah).
AY : Tidak ada perjanjian antara manusia dan Jin. Siapa yang menyuruh kamu ? (dengan nada tegas)
MZA : Yang menyuruh saya, ya jin , ya manusia.
AY : Kamu Islam atau bukan ?
MZA : Saya Islam
AY : Kalau kamu Islam, coba baca syahadat.
MZA : As as as.... (dengan nada yang terputus-putus)
AY : Bohong kamu. Kalau kamu memang benar Islam, cepat baca syahadat
MZA : Asyahadu Allah Ilaha Ila llah
AY : Teruskan...
MZA kemudian menjulurkan lidahnya.
AY : Teruskan...
MZA : Wa Ashaduanna Muhammadarasulullah
Usai membaca syahadat, MZA kemudian menangis dan meneteskan air mata sambil berkata
MZA : Sebetulnya saya sudah mau pergi. Tapi pergi kemana ? kami sudah membangun rumah di kepala anak ini lebih dari setahun. Sekarang sudah di hancurkan.
AY : Tidakkah kau tahu bahwa bumi Allah itu luas
AB : Sudah, jangan banyak bicara. Pergi aja...
MZA kembali menangis sambil berkata
MZA : Saya tetap tidak bisa menerima tegaknya syariah dan khilafah.
AB : Kenapa kemarin tidak ikut ngaji (JM di masjid Al Muhajirin, Pangkalan Banteng)
MZA : Sebetulnya anak ini sudah mau ngaji. Namun, saya halang-halangi karena anak ini tidak boleh mengikuti kajian Hizbut Tahrir.
Akhirnya, ngak jadi ngaji kan ? Menang saya kan !! tepuk tangan (sambil tertawa HA HA HA)
AB : Siapapun kamu, kamu harus pergi hari ini dan ketahuilah bahwa Syariah dan Khilafah janji Allah. Dan itu pasti akan terjadi. (dengan suara lantang)
MZA : (sambil teriak) Jangan!! Jangan katakan itu. Tolong-tolong.
AB : Kamu adalah mahluk lemah. Ketika kamu tidak segera bertaubat, maka kamu segera di azab oleh Allah. Kalau kamu tidak percaya, maka datangkanlah semua jin untuk menghalang-halangi tegaknya Syariah dan Khilafah. Pasti kalian tidak akan mampu. Karena itu janji Allah.
MZA : Jangan... jangan katakan itu. Jangan..... panas... (sambil teriak). Ya sudah, saya pergi saat ini juga.
Seketika, Za’far lemas dan jatuh ke lantai. Kemudian tertidur. Sejenak Ust Abu dan Ayyub membiarkan tubuh Za’far yang terkulai lemas di lantai. Tak lama berselang, keduanya membangunkan Za’far untuk kembali istrihat ke dalam kamar.
Pagi harinya, Z’afar terbangun dan kepalanya terasa ringan. Sakitnya pun sudah mulai berkurang. Bada subuh, kami berpamitan dengan para terapis. Sebelum pulang, kami meminta para terapis meruqyah sekali lagi untuk memastikan rasa sakit Za’far sudah sembuh atau belum.
Alhamdulillah, setelah beberapa kali di ruqyah, tidak ada reaksi dan Za’far dalam keadaan normal.
Akhirnya, terapis bertanya kepada Za’far. (Kode T : Terapis)
T : Apakah sebelumnya pernah mimpi buruk ?
MZA : Tidak pernah bermimpi, kecuali dua hari sebelum ke sini. Sekitar jam 02.00 dini hari. Saya bermimpi bertemu dengan Rasul dan Rasul duduk di dalam masjid dan di kelilingi oleh lima orang satu diantaranya saya,posisi saya tepat berada di depan Rasul.
T : Berlima itu siapa saja ?
MZA : Saya tidak kenal kecuali satu orang. Teman saya di Tahfidzul Quran
T : Apa yang disampaikan Rasul kepada kalian ?
MZA : Saya tidak hapal saking banyaknya pesan yang disampaikan Rasul. Namun, garis besarnya beliau mengajarkan saya tentang thariqul iman(dalam hati saya berfikir ‘lho kok sama penjelasanya,seperti kakak saya tentang thariqul iman?’). Beliau menjelaskan alam semesta, manusia dan kehidupan. Di baliknya (pencipta) ada Allah dan setelahnya ada yaumul hisab. Selain itu, Rasul menjelaskan tentang keterkaitan antara sebelum, saat, dan setelah kehidupan ada hubungan perintah dan larangan. Setelah beliau menjelaskan tentang thariqul iman akhirnya saya terbangun dari tempat tidur saya.
Selesai berdialog, kami pun pamit kembali ke Desa Karang Mulya.
Sebagai informasi tambahan, hingga kini Za’far sudah khatam 20 juz dan Alhamdulillah dalam kondisi sehat.
*Diceritakan langsung oleh Ustad Abu Nasir dan Ayyub pada hari Senin, 24 Oktober 2011 bada Isya. Ditulis ulang Andri Saputra (Humas HTI Kobar)
Perkenalkan, nama saya Abu Nasir. Saya asli dari Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur dan sudah dua belas tahun merantau ke Kalimantan dan menetap di Desa Karang Mulya, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalteng. Saya aktif sebagai aktivis HTI Kecamatan sejak 2007. Sehari-hari saya berprofesi sebagai pengasuh Ponpes Darul Hikam Pangkalan Banteng. Pendidikan agama saya dapatkan ketika nyantri di Ponpes Lirboyo Kediri.
Saya memiliki 8 orang saudara dan 2 di antaranya sudah meninggal dunia. Yang bungsu bernama Muhammad Za’far An Nuh (19 tahun). Ketika masih duduk di bangku SD, Za’far sering di siksa secara fisik oleh seorang teman satu sekolah sampai kelas enam akhir. Karena fisiknya lemah (memang karakternya yang pendiam dan tertutup), Za’far tidak bisa membela diri. Meski demikian, Za’far tetep berjanji dalam hatinya bahwa kalau teman yang menyiksa itu meminta maaf kepadanya pasti Za’far memaafkanya dengan setulus hati. Kenyataannya, sampai lulus SD, teman tersebut tidak pernah meminta maaf kepada Za’far. Ketika duduk di kelas 1 MTs PSM Kedungombo, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, gejala-gejala supranatural mulai nampak dalam diri Zafar. Di awali dengan sering munculnya bisikan Hatif (suara tanpa wujud) yang menyuruh Zafar untuk menjalankan sebuah lelakon tertentu. Begitu Zafar selesai melakukan satu lelakon, muncul kembali hatif yang meminta Zafar melakukan lelakon yang lain. Begitu seterusnya. Dan itu terjadi dengan sendirinya sampai Zafar mendapatkan kekuatan supranatural yang sangat jarang di miliki orang lain.
Di antaranya, Zafar bisa membaca pikiran (hati) teman-temannya yang sedang membencinya dan mengetahui alasan kenapa teman teman membenci dirinya secara detail. Dia mampu melihat/menerawang peristiwa yang akan terjadi pada masa mendatang. Sebagai contoh, dia melihat dinding atas (layar atap bagian luar) masjid di desanya roboh ketika menjalankan sholat Jum’at dan menimpa sejumlah jamaah serta beberapa kendaraan. Meskipun, secara kasat mata pada saat itu kondisi masjid masih utuh. Hal tersebut kemudian disampaikan kepada sang ayah. Mendengar ucapan Za’far, ayah kami tidak merespon dan hanya mengatakan kuwi jenenge laduni. Artinya, ilmu yang di dapat secara langsung tanpa melalui proses belajar. Ternyata, satu bulan kemudian apa yang di lihat Za’far menjadi kenyataan. Mulai saat itulah, Za’far akhirnya semakin penasaran dan mendalami kemampuan supranatural yang dimiliki. Dan masih banyak contoh-contoh lainnya yang tidak bisa kami ceritakan satu persatu.
Lulus dari MTs pada tahun 2006/2007, Za’far ingin nyantri di ponpes yang masih berada di Kabupaten Nganjuk untuk mempelajari ilmu agama dan pengobatan alternatif menggunakan herbal dan pijat syaraf. Setelah selesai nyantri di ponpes di ngajuk (nama pesantren tidak kami sebutkan), Zafar pindah belajar agama ke salah satu Pesantren (nama ponpes dirahasiakan) di Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Di pesantren tersebut, Za’far bermaksud mencari guru ngaji sekaligus guru spiritual supaya nantinya ketika suara Hatif tersebut muncul sang gurulah yang memutuskan apakah dilaksanakan atau tidak bisikan tersebut. Selama berada di pesantren itu, kemampuan supranatural yang dimiliki Za’far semakin meningkat karena mendapat dukungan ustad di pesantren setempat. Di antaranya, Zafar memiliki kemampuan hipnotis, bisa menghilang dan berpindah-pindah tempat hanya dalam hitungan detik.
Puncaknya, dia dengan mudah mendapatkan ilmu tasawuf sampai pada level wihdatul wujud dengan sendirinya tanpa di pandu oleh siapapun.
Pada level ini, Za’far kembali mendapat bisikan kuat yang menjelaskan bahwa wihdatul wujud sebenarnya bukanlah “Manunggaling kawulo marang gusti” (bersatunya mahluk dengan khaliq), TETAPI yang benar adalah mengamalkan syariat Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan. Disini Za’far mulai merenung dan mengoreksi diri. Pada satu sisi, dia mendalami ilmu tasawuf. Pada sisi lain, juga melihat fakta umat yang aktifitasnya banyak bertentangan dengan syariah Islam. Dalam hati, Zafar mulai bertanya-tanya “apakah mungkin cinta seorang hamba di terima oleh-Nya sedangkan umat terus dalam kerusakan yang membabi buta?”. Alhamdulillah, dari sini Za’far mendapat pencerahan dan bertekad kuat untuk melepas dan membuang ilmu yang pernah di pelajarinya. Zafar juga bertekad untuk berperan aktif memikirkan nasib umat, tetapi masih binggug karena belum memiliki fikrah yang jelas. Untuk membuang ilmu tersebut, Za’far membutuhkan bantuan tiga orang ustadz dan Alhmdulillah berhasil. Bisikan fakta umat itu semakin kuat hingga memaksa Za’far untuk pindah ke pesantren tahfidzul Quran guna memperdalamnya dan masih berada di wilayah administrasi Kabupaten Tegal.. Di sisi lain, keinginan untuk mempelajari Syariat Islam semakin kuat.. Pada titik ini, Za'far kembali menerima cobaan berupa sakit kepala yang luar biasa di bagian kiri, seperti ada benda tajam di dalamnya,semakin hari rasa sakitnya tambah parah hingga sempat terhenti akfitas Qurannya beberapa bulan . Setelah di periksa secara medis, dokter memvonis Za’far terserang penyakit semacam gangguan syaraf pada kepala dan untuk mengobatinya harus dengan jalan operasi. Setelah itu, kami keluarga yang ada di Kalimantan menyarankan agar Za’far di bawa ke Kalimantan tempat kami menetap di Desa Karang Mulya, Kabupaten Kobar. Kebetulan saya pernah kursus thibbun Nabawi (pengobatan ala Nabi). Setelah saya terapi sekitar dua minggu, sakitnya semakin parah dan sering pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit yang luar biasa. Akhirnya kami memutuskan untuk membawa Za’far ke Thibbun Nabawi El Iman Bogor Cabang Banjarmasin, Kalimantan Selatan selama satu hari satu malam. Begitu tiba di Banjarmasin, pada pagi hari, Za’far di ruqyah oleh para ustad di sana, namun tidak ada reaksi hanya bau yang sangat busuk yang menyelimuti tubuh Za’far sedangkan yang lain tidak merasakan. Kemudian sekitar pukul 20.00 waktu setempat, Za’far kembali di ruqyah. Hasilnya, Za’far kesurupan, meraung dan berteriak keras sehingga kami berlima kewalahan dalam menenangkan Za’far. Dalam kondisi kesurupan, jin dalam tubuh jafar melontarkan sejumlah perkataan antara lain tidak terima kalau Za’far bisa menghafalkan Al Quran dan meminta pihak keluarga untuk menghentikan aktivitas hafalan Quran Za’far. Setelah kurang lebih dua jam mengamuk hingga pukul 23.00 waktu setempat, Za’far tersadar. Kemudian oleh sang terapis, Za’far di suruh mengambil air wudhu dan segera tidur. Kemudian Za’far tidur di temani salah seorang kakaknya (adik saya yang lain), Ayyub di salah satu ruang ruqyah. Saya sendiri tidak bisa tidur dan memilih duduk di ruang tunggu. Jarak antara tempat tidur Za’far dan tempat saya duduk sekitar 20 meter dan dipisahkan oleh lorong panjang. Tak berselang lama, saya terkejut bukan kepalang karena tiba-tiba Za’far sudah berdiri di belakang saya dalam kondisi kerasukan.
Kemudian terjadilah dialog antara kami berdua (Kode AB : Abu Nasir, MZA (Muhammad Za’far An Nuh)
AB : Nuh... (memanggil nama Za’far dengan suara merendah)
MZA : Nama saya bukan An Nuh. Nama saya Ubaid
AB : Siapapun kamu, saya minta kamu duduk (dengan nada datar)
MZA akhirnya duduk dan menundukkan kepala. Hening sejenak. Kemudian MZA mengangkat kepala sambil mengancungkan tangan kanan ke atas dan berkata
MZA : Ini semua gara-gara Hizbut Tahrir. Sebetulnya anak ini sudah lama mencari pemahaman yang benar tentang Syariat Islam namun tidak menemukannya. Setelah di Kalimantan, dia bertemu Hizbut Tahrir dan akhirnya menemukan apa yang telah di carinya.
Maka ini semua tidak boleh terjadi.... (dengan nada yang tinggi)
AB : Kenapa kamu menyalahkan Hizbut Tahrir. Apa yang kamu tahu tentang Hizbut Tahrir ?
MZA : Kamu tahu dengan Hizbut Tahrir (balik bertanya). Gara-gara Hizbut –Tahrir kami bangsa jin di seluruh dunia luluh lantah dan saya tidak terima. Kami pada saat ini bangsa jin merapatkan barisan untuk menghalang-halangi tegaknya syariah dan khilafah.
AB : Apa lagi yang kamu tahu dari Hizbut Tahrir ?
MZA : Hizbut Tahrir itu akan membangunkan umat Islam dari tidur panjangnya, mengingatkan kembali sejarah kejayaan Islam selama 1.300 tahun dan akan menyatukan umat Islam di seluruh dunia. Dan itu sebentar lagi. Namun, semua itu tidak boleh terjadi.
AB : Kenapa tidak boleh terjadi ?
MZA : Karena kami bangsa jin susah mencari teman dari kalangan manusia
Karena saya ketakutan, saya lari ke lorong dan membangunkan Ayyub yang sedang tertidur agar menjadi saksi. Kemudian kami kembali ke ruang tunggu dan menghampiri Za’far yang masih dalam kondisi kerasukan. (Kode AY : Ayyub)
AY : Sudah, kamu keluar (dari tubuh Za’far) aja. Kasihan Za’far kecapean belum tidur.
MZA : Saya mau keluar asalkan ada perjanjian. Syaratnya, kamu harus menghalang-halangi anak ini agar tidak menghafalkan Al Quran, Sebab, ketika dia hafal Al Quran dan mendakwahkan syariah. Maka seluruh ulama se Jawa Timur akan hancur (sadar dan memperjuangkan tegaknya Syariah).
AY : Tidak ada perjanjian antara manusia dan Jin. Siapa yang menyuruh kamu ? (dengan nada tegas)
MZA : Yang menyuruh saya, ya jin , ya manusia.
AY : Kamu Islam atau bukan ?
MZA : Saya Islam
AY : Kalau kamu Islam, coba baca syahadat.
MZA : As as as.... (dengan nada yang terputus-putus)
AY : Bohong kamu. Kalau kamu memang benar Islam, cepat baca syahadat
MZA : Asyahadu Allah Ilaha Ila llah
AY : Teruskan...
MZA kemudian menjulurkan lidahnya.
AY : Teruskan...
MZA : Wa Ashaduanna Muhammadarasulullah
Usai membaca syahadat, MZA kemudian menangis dan meneteskan air mata sambil berkata
MZA : Sebetulnya saya sudah mau pergi. Tapi pergi kemana ? kami sudah membangun rumah di kepala anak ini lebih dari setahun. Sekarang sudah di hancurkan.
AY : Tidakkah kau tahu bahwa bumi Allah itu luas
AB : Sudah, jangan banyak bicara. Pergi aja...
MZA kembali menangis sambil berkata
MZA : Saya tetap tidak bisa menerima tegaknya syariah dan khilafah.
AB : Kenapa kemarin tidak ikut ngaji (JM di masjid Al Muhajirin, Pangkalan Banteng)
MZA : Sebetulnya anak ini sudah mau ngaji. Namun, saya halang-halangi karena anak ini tidak boleh mengikuti kajian Hizbut Tahrir.
Akhirnya, ngak jadi ngaji kan ? Menang saya kan !! tepuk tangan (sambil tertawa HA HA HA)
AB : Siapapun kamu, kamu harus pergi hari ini dan ketahuilah bahwa Syariah dan Khilafah janji Allah. Dan itu pasti akan terjadi. (dengan suara lantang)
MZA : (sambil teriak) Jangan!! Jangan katakan itu. Tolong-tolong.
AB : Kamu adalah mahluk lemah. Ketika kamu tidak segera bertaubat, maka kamu segera di azab oleh Allah. Kalau kamu tidak percaya, maka datangkanlah semua jin untuk menghalang-halangi tegaknya Syariah dan Khilafah. Pasti kalian tidak akan mampu. Karena itu janji Allah.
MZA : Jangan... jangan katakan itu. Jangan..... panas... (sambil teriak). Ya sudah, saya pergi saat ini juga.
Seketika, Za’far lemas dan jatuh ke lantai. Kemudian tertidur. Sejenak Ust Abu dan Ayyub membiarkan tubuh Za’far yang terkulai lemas di lantai. Tak lama berselang, keduanya membangunkan Za’far untuk kembali istrihat ke dalam kamar.
Pagi harinya, Z’afar terbangun dan kepalanya terasa ringan. Sakitnya pun sudah mulai berkurang. Bada subuh, kami berpamitan dengan para terapis. Sebelum pulang, kami meminta para terapis meruqyah sekali lagi untuk memastikan rasa sakit Za’far sudah sembuh atau belum.
Alhamdulillah, setelah beberapa kali di ruqyah, tidak ada reaksi dan Za’far dalam keadaan normal.
Akhirnya, terapis bertanya kepada Za’far. (Kode T : Terapis)
T : Apakah sebelumnya pernah mimpi buruk ?
MZA : Tidak pernah bermimpi, kecuali dua hari sebelum ke sini. Sekitar jam 02.00 dini hari. Saya bermimpi bertemu dengan Rasul dan Rasul duduk di dalam masjid dan di kelilingi oleh lima orang satu diantaranya saya,posisi saya tepat berada di depan Rasul.
T : Berlima itu siapa saja ?
MZA : Saya tidak kenal kecuali satu orang. Teman saya di Tahfidzul Quran
T : Apa yang disampaikan Rasul kepada kalian ?
MZA : Saya tidak hapal saking banyaknya pesan yang disampaikan Rasul. Namun, garis besarnya beliau mengajarkan saya tentang thariqul iman(dalam hati saya berfikir ‘lho kok sama penjelasanya,seperti kakak saya tentang thariqul iman?’). Beliau menjelaskan alam semesta, manusia dan kehidupan. Di baliknya (pencipta) ada Allah dan setelahnya ada yaumul hisab. Selain itu, Rasul menjelaskan tentang keterkaitan antara sebelum, saat, dan setelah kehidupan ada hubungan perintah dan larangan. Setelah beliau menjelaskan tentang thariqul iman akhirnya saya terbangun dari tempat tidur saya.
Selesai berdialog, kami pun pamit kembali ke Desa Karang Mulya.
Sebagai informasi tambahan, hingga kini Za’far sudah khatam 20 juz dan Alhamdulillah dalam kondisi sehat.
*Diceritakan langsung oleh Ustad Abu Nasir dan Ayyub pada hari Senin, 24 Oktober 2011 bada Isya. Ditulis ulang Andri Saputra (Humas HTI Kobar)
sumber: Ust. Harits Abu Ulya
0 komentar:
Posting Komentar