Aku & Pengumuman Kelulusan UN

Kamis, 23 Mei 2013
Tadi malem heboh. Berawal dari datangnya SMS salah seorang temanku. Awalnya yang kupasang adalah muka datar 'tumben orang ini SMS. Pasti ada hal luar biasa sampe dia sms!'. Dan ternyata dugaanku pun benar. Tiap orang ini ngirim SMS, isinya pasti menggemparkan. Isi smsnya krang lebih memberitahukan kalo dia abis liat berita tentang banyak siswa yang ga lulus UN tahun ini. Dan dari isi SMSnya itu, dia termasuk orang yang takut kalo dia ga lulus.

Ternyata SMS ini bukan hoax. Setelah aku cek di berbagai stasiun TV berita semacam TVOne dan MetroTV, emang bener ada pemberitaan bahwasannya Mendikbud menyatakan kalo persentase kelulusan tahun ini turun jadi 99,48% dari tahun lalu yaitu 99,50%. Dan rata-rata nilai kelulusannya pun menurun menjadi 6,38 dari tahun lalu 7,57. Kemendikbud menjelaskan kalau total seluruh peserta UN tingkat SMA dan sederajat adalah 1.581.286 siswa. Dari total tersebut, yang lulus sebanyak 1.573.039 siswa dan tidak lulus sebanyak 8.250 siswa. Bahkan ada 24 sekolah yang 100% siswanya dinyatakan tidak lulus. Waaah dengan kenyataan kaya gini, mau ga mau akupun deg degan. Gimana kalo seandainya aku termasuk pada lingkaran siswa yang ga lulus. Sedih mungkin ya :(


Tapi pagi ini alhamdulillah berita baik datang melalui SMS, teman sekelasku mem-forward isi SMS dari guru bahasa Indonesia kami yaitu Ibu Iin, yang inti SMSnya menyatakan bahwa seluruh siswa SMKN 11 Bandung dipastikan lulus 100%. Agak kaget sih, soalnya surat pengumuman kelulusan baru bakal dikirim ke rumah besok. Tapi alhamdulillah luar biasa alhamdulillah :) Usaha selama 3 tahun belajar, dan dengan diakhiri rentetan ujian beberapa bulan yang lalu nampaknya tidak sia-sia. Tinggal liat aja gimana nilainya nanti, semoga memuaskan. Amiin :)



Iseng dikit, aku barusan searching tentang berita kelulusan UN ini di Google. Dan aku nemuin ini :


Aku sedikit banyaknya setuju dengan pernyataan Pakar Pendidikan Universitas Paramadina Utomo Dananjaya "Kesalahan sistem ini sudah bertumpuk, jadi UN seharusnya dihilangkan saja, Seharusnya siswa itu dinilai apakah dia mampu atau tidak mampu, baik, sedang ataupun buruk. Masih banyak cara evaluasi, bukan dengan angka karena angka pun tidak menjamin". 

Nah, iya loh bener, kesalahan sistem pendidikan saat ini emang udah menumpuk. Oke sekarang angka kelulusan UN masih tetep berada di angka 99%, tapi apa dengan persentase masih banyaknya siswa yang lulus ini menjamin kualitas siswa itu sendiri? Nyatanya kan engga.


Dan perlu diperhatikan juga kan gimana nanti psikologi siswa yang dinyatakan ga lulus UN. Karena dari yang udah-udah, biasanya yang ga lulus UN itu bukanlah siswa yang tergolong malas atau kurang berprestasi. Malah biasanya siswa yang tergolong malas dan kurang berprestasi di kelas, nilai UN-nya lebih besar. Inilah realita pendidikan saat ini. Menghabiskan banyak waktu, dana, menguras tenaga, tapi hasilnya nihil. Dampak nyata dari sistem pendidikan yang juga berasaskan kapitalisme. Ya, kapitalisme :'(



Gini deh, sekarang yang bisa sekolah di sekolah yang bagus siapa? Orang kaya. Yang bisa belajar dengan fokus siapa? Orang kaya. Kenapa bisa gitu? Karena naturalnya kan kalo mau pinter ya sekolah di tempat yang bagus kualitasnya. Kualitas yang bagus berbanding lurus dengan harga yang mahal, jelas ini ga berpihak pada siswa dari kalangan berekonomi menengah ke bawah. Terus juga kualitas siswa bisa didapet kalo siswanya itu fokus belajar. Tapi yang terjadi saat ini, coba kita perhatiin deh. Kebanyakan siswa sekarang fokus perhatiannya itu udah kebagi-bagi. Kebagi dengan beban ekonomi mereka, permasalahan keluarga mereka, atau mungkin pacar dan idola mereka. Menurut aku, ini faktor vital yang mempengaruhi kualitas siswa-siswa sekarang.



Terus solusinya gimana? Apa harus niru sistem pendidikan di Singapura atau Finlandia? Jawabannya Engga. Oke sistem pendidikan dan kualitas pendidikan di dua negara itu emang bagus, tapi tetep aja kan pendidikannya hanya bertujuan untuk mencetak generasi-generasi pencetak uang. Pendidikannya hanya bersifat duniawi. Dan kita sebagai manusia pasti udah faham betul, dunia ini fana, hanya sementara. So, buat apa kalo pendidikan dunianya bagus, tapi akhirat nol.



Jadi, kalo menurut pemahaman aku, sistem pendidikan ini adalah cabang dari sebuah ideologi yang dianut oleh negara. Sekarang pendidikan Indonesia bisa dibilang buruk ya karena ideologinya juga udah kacau balau ga menentu. Nah kalo udah kaya gini ya solusinya satu, rubah ideologi, rubah sistem.

Digantinya pake apa? Ya jelas kalo misalkan kita sebagai manusia khususnya muslim yang beriman pada Allah dan ketetapannya, wajib bagi kita menerapkan juga aturan yang dibuat Allah. Ideologi apa yang bisa menerapkan aturan Allah ini? Pastinya bukan kapitalisme, sosialisme, demokrasi apalagi pancasila. Aturan Allah ini hanya bisa diterapkan secara sempurna oleh ideologi Islam, dan ideologi ini hanya bisa diterapkan oleh satu institusi bernama Khilafah. Tau kan gimana canggihnya dulu sistem pendidikan Daulah Khilafah? Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Al-Zahrawi, Abbas Ibn Firnas, Al-Hassani, dan banyak penemu-penemu Islam lain yang mereka itu adalah generasi yang dilahirkan oleh sistem pendidikan ala Khilafah. Gimana sampe saat ini penemuan-penemuan mereka masih kita gunakan, subhanAllah kan ya!


Makanya, solusi satu-satunya adalah kembali pada aturan Allah. Menerapkannya dalam bingkai negara bernama Khilafah Islamiyah itu adalah kewajiban kita sebagai umat muslim. Tapi berhubung saat ini belum ada Khilafahnya, maka otomatis udah menjadi kewajiban kita juga untuk 'mengadakan kembali' Khilafah. Kita berjuang bersama agar di masa depan ga ada lagi generasi-generasi yang bisanya cuma galau.
Let's fight together!!


0 komentar:

Posting Komentar