Aku & Satu Kata Bernama Perubahan

Selasa, 21 Mei 2013
Aku tergelitik buat nulis ini karena banyak  teman-temanku di luaran sana masih kesulitan untuk tegas dengan keputusannya untuk berubah. Kadang suka bingung sama apa yang menjadi jalan fikiran mereka, yang seringkali mereka bilang 'Aku pengen berubah jadi lebih baik...' tapi setelah berulang kali coba diarahin... ternyata upayanya belum relevan dengan harapannya. Disini, aku bukan bermaksud menggurui atau memfigurkan diri aku. Disini aku cuman mau share pengalaman yang mungkin sedikit banyaknya mirip dengan masalah temen-temenku itu.

Seseorang bisa menjadi lebih baik karena satu sebab, yaitu berubah. Tentunya dengan perubahan yang positif. Karena ada juga  perubahan yang bisa menghantarkan kita menjadi lebih buruk dari keadaan sebelum kita menyatakan ingin berubah. Berubah itu biasanya diawali oleh proses berfikir, memikirkan keadaan yang biasanya sudah terasa jenuh untuk dilakukan. Aku bisa bilang gini karena dulu aku pun pernah merasakan dan mengalami hal yang sama. Dimana setelah kita mengalami berbagai keadaan, cepat atau lambat akan muncul pemikiran "sebenarnya kenapa aku ngelakuin ini?" atau "untuk apa aku menjalani hal ini?" ataupun "apa aku hidup hanya  untuk ini?". 


Aku ini bagian dari remaja yang juga pernah merasakan 'kegalauan' dan 'kegamangan' dalam hidup. Proses pencarian jatidiri dan pengarahan tujuan hidup adalah bagian terberat yang pernah aku alami sejauh ini. Karena dalam proses pencarian jatidiri ini akan muncul 2 pilihan, apakah menjadi orang baik atau mungkin menjadi orang buruk. Kesalahan dalam memilih jalan pada  proses pencarian ini sedikit banyaknya pasti akan berdampak besar untuk kehidupanku ke depan. Untuk itu, berfikir dengan baik dan bijak sudah mutlak harus dilakukan.

Sayangnya saat itu aku termasuk remaja korban keadaan, ABG labil. Rasa penasaran yang tinggi membuat aku ingin melakukan berbagai hal yang lazimnya dilakukan oleh remaja lain. Menggemari grup band berbagai aliran musik, dari rock, pop, jazz, r 'n b, indie bahkan metal. Menjadi fans fanatik sepak bola hingga menjadi orang yang insomnia, berpacaran berulang kali, bermain kesana kemari berbaur dengan laki-laki, memamerkan aurat kemanapun aku pergi, semua itu aku lakukan tanpa adanya rasa takut kalo itu dilarang oleh agama. Yang saat itu aku fikirkan hanyalah kesenangan dan kepuasan diri. Tapi di  balik diri aku yang kaya gitu, sebenernya aku masih rutin 'ngaji', 'ngaji' al-Qur'an and anything else, just it. Mata hati  aku seakan ga terbukakan dengan kajian-kajian yang tiap hari aku ikutin itu.

Tapi sebenernya hati aku ga sekeras itu ya, aku sering ngerasa ada sesuatu yang ngetuk dinding hati aku buat berubah. Terlebih saat ada dampak negatif yang disebabkan oleh salah satu ulahku, hati aku sering tergerak untuk ngelakuin satu perubahan. Aku inget dulu pas putus dari mantan pacarku di SMP, aku punya satu tekad yang kuat untuk berubah. Sayangnya saat itu ga ada yang ngebimbing niat perubahan aku ke jalan yang benar, aku malah jatuh pada lubang yang sama. Lagi dan lagi... aku udah kaya semacam keledai buta yang dia terus menerus jatuh ke lubang yang sama, astagfiruLlah... What a dumb my self is! Sampe untuk yang ke sekian kali, tiba masanya aku pacaran sama sahabat aku waktu SMP, posisi aku waktu itu kelas 1 SMK. Ga nyangka juga kalo ternyata he is the last part of my darkness. Sekitar satu bulan setelah genapnya aku berusia 16 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Agustus 2011, I left my dark and automatically I left him...

Berawal dari satu kata yang mungkin tepat, yaitu kesadaran. Tidak tepat rasanya kalo aku menyebutnya sebagai hidayah.Karena hidayah itu sudah ada semenjak Rasulullah saw diutus Allah swt sebagai uswah hasanah. Jadi kalo saat itu aku dengan sangat tidak disengaja terfikir untuk mengubah keadaanku, maka ini adalah kesadaran. Kesadaran bahwa saat itu aku sedang melakukan sesuatu yang salah dan jelas -jelas dilarang oleh agama yang dengan bangga dan bersyukur aku anut, yaitu Islam... walaupun aku tidak mengetahui dalil-dalilnya, setidaknya aku mengetahui bahwa yang aku lakukan saat itu salah dan aku harus segera merubah kelakuanku yang salah itu. Cerita dan dramatika saat aku mengakhiri masa-masa gelap itu ga bisa aku lupain sama sekali, satu hari dimana aku mengakhiri hari-hari yang biasanya dipenuhi oleh dia. Awalnya emang berat (sangat) ngelewatin hari-hari dengan cucuran air mata, sampe akhirnya aku bener-bener yakin bahwa keputusan ini adalah keputusan yang benar dan tepat.

Aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa kali ini aku benar-benar ingin mengakhiri ini semua. Bukan hanya karena alasan aku ingin mengakhiri hubungan salahku dengan dia, karena saat itu kalo aku ngeliat dengan kacamata kegelapanku sama sekali ga ada yang salah dengan hubungan itu. Alhamdulillah saat itu bimbingan Allah sangat nyata, tekadku untuk berubah saat ini adalah tekad untuk menjadi orang yang jauh lebih baik. Ya. Lebih baik.

Bersyukurnya aku saat itu Allah mempertemukanku dengan seorang yang menghantarkan aku hingga menjadi seperti saat ini. Dia memperkenalkan padaku bagaimana sempurnanya Islam dan berbagai hal yang belum aku ketahui sebelumnya mengenai Islam. Aku pun mendapat berbagai pencerahan... Mulai saat itu aku mencari-cari pengetahuan tentang Islam. Sekejap, aku pun akhirnya berubah  haluan menjadi seorang Muslimah yang benar-benar muslimah. Segala hal yang berkaitan dengan masa jahiliyahku, ku kubur dalam- dalam. Hingga harddisk di notebook pun yang awalnya funky beralih menjadi sangat islami. Begitupun cara berpakaianku yang awalnya berkerudung ala kadarnya dengan pakaian yang masih ketat beralih menjadi jilbab lebar dengan kerudung yang menutupi dada dan disempurnakan oleh kaos kaki yang menutupi kaki. Semua peralihan itu sungguh membuatku bahagia dan luar biasa. Setiap saat bertaqarrub kepada Allah, inilah resep terpenting dalam mempertahankan panas perubahan. Tanpa adanya peran Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati, aku bisa aja ga sekuat ini.

Ga cuman itu semua, dalam mempertahankan panas perubahan juga diperlukan rambu-rambu dan charger. Rambu-rambu disini adalah pengarah, tanpa adanya pengarah, perubahan bisa jadi melenceng dari tujuan awal. Dan charger adalah pengisi ulang baterai semangat. Kedua hal ini bisa didapetin dengan sering ikut kajian Islam yang sempurna, bukan kajian Islam yang setengah-setengah, karena bakal beda banget dampaknya.

Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah~ aku bisa ketemu dan kenal sama Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (bukan promosi tapi ini asli) yang dengan pemikiran-pemikirannya yang subhanAllah aku bisa bertahan sekuat ini sampai saat ini. Ga cuman bicara masalah Islam dalam ritual, tapi lebih dari itu dengan ngaji di Hizbut Tahrir ini banyak hal yang ga dipelajari di- kelas formal. Kajian mengenai Islam sempurna dimulai dari aqidah, kemudian syariah (aturan Allah -Qur'an dan Sunnah-) yang di dalamnya terdiri banyak aturan seluruh aspek kehidupan menurut Islam, soal ekonomi, sosial, hukum, pendidikan, kebudayaan, bahkan pemerintahan semua dibahas disini. Realita dan fenomena yang terjadi semuanya dikupas tuntas dan dicari solusinya dalam pandangan Islam gimana. Dengan tujuan mulia gerakan Islam ini yaitu 'Melanjutkan Kembali Kehidupan Islam' yaitu dengan meninggalkan sistem pemerintahan dengan asas aturan manusia yang saat ini diterapkan di seluruh dunia dan menegakkan kembali Daulah Khilafah (sistem pemerintahan Islam yang berlandaskan pada aturan Allah swt) membuat saya pun sangat ingin terlibat dalam perjuangan mulia ini.
Dan pada akhir tahun 2011, aku memutuskan untuk dibina oleh Harakah ini... Dengan berbagai kajian yang besar dan subhanAllah, dengan selalu berfikir global, aku yang dulu tergolong remaja rentan galau yang kerjaannya tiap hari mikirin jodooooooh mulu akhirnya setelah ngaji bisa bilang 'ga ada waktu buat galau'. 

Kufikir, rasanya terlalu sia-sia kalo waktu yang udah Allah kasih cuman dipake buat galau dan mikirin hal-hal ga penting. Yang terpenting saat ini adalah berjuang, bagaimana andil kita dalam memperbaiki umat, menyelamatkan generasi, merubah keadaan dunia. Toh, apalah artinya hidup ini kalo cuman dijadiin tempat galau karena mikirin sesuatu yang udah Allah takdirin -Harta Usia dan Jodoh-.  Hidup terlalu singkat buat ngelakuin hal yang biasa-biasa aja. Dan lagian, milih untuk diem atau berjuang endingnya pasti sama, yaitu mati. Tinggal milih aja, mau mati dalam keadaan diem atau mati dalam keadaan berjuang.
Life is choice, bukan orang lain yang menentukan hidup kita tapi pilihan ada di tangan diri kita sendiri.

InnaLlaha laa yughairuma bi kaumin hatta yughayiruuma bii angfusihim...
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum hingga mereka merubah keadaan diri mereka sendiri (Ar-Rad:11)
Jadi, kalo pengen berubah,  berubahlah dengan cara fikir yang benar. Memikirkan siapa diri kita sebenarnya, untuk apa kita hidup dan akan kemana kita setelah hidup kita berakhir. Dan sebagai seorang muslim, akan dengan mudah kita nemuin jawabannya. Walaupun akan agak sedikit memerlukan kekuatan ekstra untuk tetap istiqomah, kalo kemauan kita kokoh pasti bisa. Karena sebenernya kita bisa aja ngelakuin apapun, tapi yang ngerealisasiinnya adalah kemauan. Kalaupun kita bisa tapi ga mau, its didn't work. Lain halnya kalau awalnya kita ga bisa tapi mau belajar, ya pasti bisa. 
"Sesulit apapun pasti bisa, InsyaAllah."

Semoga ini bisa jadi refleksi dalam cara fikir kamu untuk berubah yaaa :)

0 komentar:

Posting Komentar